Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Senin, 14 Mei 2012

Bloody Wizard



                Hari ini Hogwarts mulai kembali sibuk. Tahun ajaran baru telah dimulai, para siswa masih sibuk di asramanya masing-masing untuk membereskan barang-barang bawaan mereka. Seorang anak laki-laki berambut hitam lurus tingkat empat sibuk mondar-mandir di ruang bawah tanah asrama Slytherin mencari barang miliknya yang lupa ia letakan dimana. Sedangkan temannya yang berambut pirang platinum hanya melirik sesekali dan memutar bola matanya, kemudian melanjutkan bacaan bukunya.
                Di ruang rekreasi Gryffindor suasana tidak berbeda, sama seperti asrama lainnya, bahkan lebih berisik. Seorang gadis berambut merah tingkat empat sedang merapikan buku-buku bawaannya dari koper yang dibawanya ke rak kecil disamping lemarinya. Tak jauh dari sana duduk seorang anak laki-laki tingkat enam didepan perapian ruang rekreasi. Anak laki-laki itu sibuk dengan perkamen lusuh yang sedang dipegangnya. Ia nampak sangat asik seperti sedang menyaksikan suatu pertunjukan seru seperti yang ada di layar televisi Muggle. Sang gadis yang melihat kelakuan anak laki-laki itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Apa yang sedang kau intai kali ini James?” Gadis berambut merah itu menghampiri sang anak laki-laki.
“Aku tidak sedang mengintai kali ini Rose, aku sedang memantau adik-adik kita.”
“Pasti sekarang mereka masih di sekoci menuju kastil kan?” Rose duduk disamping James.
“Ya, mereka masih di danau bersama Hagrid dan siswa kelas satu lainnya. Lihat sekoci itu Rose!” James menunjuk sekumpulan nama yang berhimpitan di sudut kanan peta perompak yang sejak tadi di intainya. Peta itu ia dapatkan dari ayahnya, Harry Potter. Mata Rose mengikuti arah yang di tunjuk oleh James pada perkamen itu.
“Ada apa dengan Mereka?” Rose mengalihkan pandangannya pada James.
“Bukan! Bukan Mereka! Tapi hanya satu! Nama itu! Renesmee Carlie Cullen. Aku tak pernah mendengar atau menemukan marga Cullen dalam buku sejarah sihir yang pernah aku baca. Ayahku juga tak pernah bercerita bahwa ada siswa Hogwarts yang bermarga Cullen.
“Mungkin dia keturunan pure muggle seperti  ibu Scorp.” Rose mengangkat bahu.
“Ya, mungkin.” James mengangkat bahunya. “Keonaran telah terlaksana, Nox.” James melipat perkamennya dan menyelipkannya ke saku jubahnya.
“Mereka akan segera sampai, mari kita ke aula besar.” James berdiridan berjalan keluar  ruang Rekreasi menuju aula besar diikuti Rose.

                Aula besar telah di penuhi oleh siswa-siswa dari semua asrama dari tingkat dua hingga tingkat tujuh. Hingga tiba saat Hagrid menggiring anak-anak kelas satu menuju podium didepan meja panjang guru dan kepala sekolah. Topi seleksi telah di siap di temptnya.
Prof. McGonnagall memanggil nama setiap anak satu persatu untuk di seleksi.
“Kendra MacAvoy… Hufflepuff!” Seru Shorting Hat. Terdengar tepuk tangan keras dari meja Hufflepuff.
“Jefferey Zabini… Slytherin!” Teriak Shorting Hat. Disambut dengan sorakan dari meja Slytherin.
“Lily Potter… Hmm,, amat sangat mudah, tidak seperti ayah dan kakak laki-lakinya yang kedua… (tiba-tiba semua orang menoleh kearah Albus Potter di meja Slytherin) GRYFFINDOR!!” seru Shorting Hat. Sorak sorai berkumandang dari meja Gryfindor. Wajah Lily berseri-seri menuju meja Gryffindor.
“Hugo Weasley…. Gryffindor!” Kembali Gryffindor bersorak.
                Seleksi terus berlanjut, nama-nama terus bergulir  satu persatu. Hingga disaat seluruh siswa kelas satu telah  mendapatkan tempat mereka, Prof. McGonnagall kembali memanggll sebuah nama yang amat sangat asing di telinga para penyihir. Seluruh siswa yang mengira proses seleksi telah selesai, kembali mengalihkan perhatian mereka kearah podium. “Renesmee Carlie Cullen”  Panggil Prof. McGonnagall.
Sebuah langkah kaki anggun berjalan dengan teratur dari arah pintu utama aula besar menuju tempat Prof. McGonnagall berdiri. Setiap ketukan sepatu yang bergesek dengan lantai batu aula besar membentuk satuan-satuan nada bagai alunan musik. Semua mata termasuk para professor memandang takjub kearah sang pemilk langkah kaki tersebut, Prof, McGonnagall tesenyum lebar menyambutnya.
Terlihat di meja Slytherin Albus Potter melongo membuka mulutnya lebar-lebar, temannya Scorpius Malfoy yang merasa malu dengan kelakuan sahabatnya kemudian menutup mulut Albus dengan mendorong rahangnya hingga menutup, Al menyeringai pada Scorp, lalu Scorp memutar bola matanya.
Dari meja Gryffindor terlihat Hugo Weasley yang sejak tadi sibuk menyisir semua makanan yang tersedia di meja panjang Gryffindor tiba-tiba menghentikan kegiatannya dan melongo dalam keadan mulut yang masih penuh dengan makanan yang belum selesai dikunyahnya. Sang kakak, Rose Weasley berbaik hati melakukan hal yang sama pada adiknya, seperti yang dilakukan oleh Scorp pada Al. James terbahak-bahak melihat kelakuan kedua sepupunya itu. Lily Potter sibuk memperhatikan gadis yang mencuri perhatian setiap orang itu dengan seksama. Gadis itu begitu cantik, wajahnya yang begitu Indah seperti malaikat terbingkai sempurna oleh rambut perunggunya. Kulitnya amat sangat putih. Gadis itu melenggang anggun dengan senyuman yang benar-benar menawan.
Prof. McGonnagall mempersilahkan gadis itu untuk duduk di kursi seleksi. Gadis itu tersenyum dan mengangguk hormat pada Prof. McGonnagall sebelum akhirnya duduk. Kemudian Prof. McGonnagall meletakan topi seleksi di kepala gadis itu. Seketika aula besar sunyi, tak ada suara sedikitpun. Suasana tiba-tiba seperti pemakaman Godric Hallows. Bahkan mungkin sedikit gesekan jubah akan menimbulkan bunyi yang dapat terdengar oleh sejumlah orang.
Suasana terus sunyi untuk beberapa detik hingga akhirnya terdengar sebuah gumaman kecil dari arah Shorting Hat. “Hmm… cukup rumit. Renesmee Carlie Cullen… seorang pemberani Gryffindor sekaligus seorang genius Ravenclaw, Menarik… ini benar-benar sulit… tiga pilihan…sangat jarang terjadi. Kau sangat pasrah nak, bahkan Harry Potter memiliki pillihannya sendiri, tapi kau .. kau sangat bersedia menerima dimanapun kau di tempatkan. Tidakkah kau ingin memilih nak?” Topi Seleksi menawarkan, sangat tidak biasanya.
Renesmee mengedarkan pandangannya, kemudian pandangannya berhenti di meja Gryffindor. Terlihat Rose tersenyum manis dan melambai kearahnya. Renesmee membalas senyumnya dan kembali mengedarkan pandangannya kemudian kembali pandangannya berhenti, kali ini di meja Slytherin. Ia melihat setiap mata tajam para Slytherin yang yang memandang kearahnya.
”Ya, kurasa aku akan memilih Slytherin?” Renesmee berkata dengan nada bertanya bukan seperti pernyataan. Ia  mengeluarkn suaranya yang merdu bagaikan lonceng. Scorpius yang sejak tadi sibuk mengunyah sandwichnya dan tidak memdulikan gadis yan menyita banyak perhatian itu tiba-tba tersedak saat mendengar suara gadis itu keluar dari bibir mungilnya. Sontak gadis itu mengarahkan pandangannya pada Scorp, Scorp langsung salah tingkah saat bertemu pandang dengan Renesmee. Ia membersihkan mulutnya dengan serbet. Albus menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu “Oh ayolah Scorp! Aku tahu suaranya memang indah, tapi hati-hatilah! Jangan sampai kau mati tersedak hanya karena terpesona mendengar suara seorang gadis.” Kata Albus dengan polosnya.
“Bukan itu bodoh! Aku tersedak karena kata-katanya! Dia ingin masuk slytherin, padahal pilihannya hanya dua, dan tidak ada slytherin didalamnya!” Bisik Scorp sambil emosi dan gemas karena kata-kata sahabat slytherinnya itu.
Renesmee terkikik kecil seperti bisa mendengar percakapan antara Scorpius Malfoy da Albus Potter.

Tapi kau tak memiliki unsur slytherin sama sekali dalam dirimu nak.” Ujar Shorting Hat.
“Ya, maaf. Err…. Mungkin aku akan masuk Gryffindor.” Renesmee tersenyum lebar sambil menangkat sebelah alisnya.
“hmm… GRYFFINDOR!!” Teriak Shorting Hat.
Meja Gryffindor kembali bersorak sorai menyambut kedatangan anggota baru mereka. Renesmee berdiri dan berjalan menuju meja Gryffindor sambil terus tersenyum. Dia segera menghampiri Rose Weasley yang sedang melambai-lambai padanya, mengisyaratkannya untuk bergabung dengannya.
“Hei, Silahkan duduk.” Rose mempersilahkan Renesmee untuk duduk di kursi kosong disampingnya.
“Terima Kasih.” Renesmee duduk disamping Rose.
“Perkenalkan aku Rose Weasley, dan ini adikku Hugo.” Rose merangkul adikknya.
“Aku James Potter dan ini adikku Lily Potter.” James menyusul kalimat Rose.
“Aku Renesmee Carlie Cullen. Kalian bisa memanggilku Nessie.”
“Okay Nessie, jadi sebenarnya kau ini berasal darimana? Sepertinya kau bukan daari Britania ya?” James langsung menginterogasi.
“Ya, tepat sekali. Aku berasal dari sebuah kota kecil di Washington Amerika.”
“Jadi kau pindahan dari mana?” Tanya Lily.
“Beauxbatons.” Jawab Nessie.
“Apa kau akan satu tingkat dengan kami? Tanya Hugo dengan wajah polosnya.
Renesmee tersenyum sebelum menjawab “Tentu saja tidak, aku akan langsung masuk tingkat empat.”
“Wah! Berarti kita akan sekelas!” Seru Rose sumringah.
“Kau angkatan ke empat?” Tanya Nessie.
“Ya, dan kau lihat dua anak disana yang tadi sempat membuat ribut sedikit saat proses seleksimu berlangsung?” Rose mengedikkan dagunya kearah meja Slytherin tepatnya kearah Scorpius dan Albus yang juga sedang memandanginya lagi. Albus lantas melambai pada gerombolan saudara dan sepupu Gryffindornya, sedangkan Scorp langsung berpura-pura melihat kearah lain. Tapi reflex Nessie sangat cepat dan dia sudah lebih dulu menangkap basah Scorp yang sedang memperhatikannya, walaupun Scorp sudah mengelak dengan begitu cepat. Nessie terkikik melihat kelakuan kedua anak Slytherin itu.
“Kenapa Nessie?” tegur Rose bingung.
“Ah? Tidak, hanya kelakuan mereka sejak tadi menurutku… lucu…” Nessie tertawa lepas. Suara tawanya berdentang merdu seperti lonceng. James memandangnya takjub.
“Err, ya mereka memang suka melakukan hal-hal bodoh!” Rose tertawa sambil memutar bola matanya.
“Oh ya, tadi kau mau bilang apa tentang mereka?” Nessie mulai bersemangat.
“Whoa! Sepertinya kau menyukai mereka ya?!” Hugo maracau dengan mulut penuh dengan pie.
“Haha… Ya! Tentu saja! Sepertinya mereka menyenangkan.” Nessie menjawab jujur.
“Mereka itu Albus Potter  dan Scorpius Malfoy. Al yang tadi melambai kemari adalah sepupu kami sekaligus adik James dan kakak Lily. Sedangkan yang di sebelah kirinya adalah Scorp.” Rose menjelaskan panjang lebar.
“Wow! Kalian bersaudara? Pasti menyenagkan bukan?!”
“Ya, tentu” James angkat bicara.
“Semua keonaran dapat terlaksana dengan kerjasama keluarga besar.” James tersenyum jahil dan mengedipkan sebelah matanya. Nessie menyeringai pada james dan mengangkat sebelah alisnya.



Aula besar masih belum sepenuhnya terisi oleh siswa yang sarapan. Namun Rose, Nessie, Hugo, dan Lilly telah duduk di meja panjang Gryffindor untuk mengisi perut mereka sebelum kembali beraktifitas. Tak lama James, Albus, dan Scorp datang dan bergabung. Albus menyeret Scorp untuk bergabung di meja Gryffindor.
“Selamat Pagi.” Seru James mengambil tempat kosong disamping Lily.
Albus duduk disamping Hugo, namun Scorp masih belum mau duduk.
“Oh ayolah Scorp! Duduklah sebelum bel berbunyi dan memaksamu menuju kelas bahkan sebelum kau sempat menyentuh sarapanmu!” Al menarik Scorp dan mendudukannya di kursi kosong sebelah Nessie. Scorp mendelik pada Al dan dibalas dengan seringaian dari Al.
“Hi,, kita belum berkenalan bukan? Aku Albus Potter.”
“Hi, aku Renesmee Carlie Cullen. Dan kau?” Nessie menoleh kesamping kirinya, tempat Scorp sedang melamun. Ia tak menyadari Nessie sedang bertanya padanya.
“Scorp?!” Albus melambai-lambaikan kedua tangannya didepan wajah Scorp. Kemudian Nessie mengguncangkan sedikit bahu Scorp, seketika Scorp gelagapan mendapati wajah Nessie begitu dekat berada disampingnya.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Nessie.
“Ya.” Jawab Scorp singkat.
“Tadi Nessie menanyakan siapa namamu?” Al menahan tawa melihat ekspresi sahabat Slytherin-nya itu.
“Aku Scorpius Malfoy.” Jawab Scorp dengan acuh tak acuh.
“Aku Renesmee Cullen. Panggil saja aku Nessie.” Renesmee tersenyum sangat manis.
“Hei Ness, aku tak pernah mendengar tentang keluarga Cullen sebelumnya.” Albus memulai pembicaraan.
“Ya, aku lahir di sebuah kota kecil di Washington Amerika. Keluargaku memang bukan keluarga penyihir, ibuku seorang  muggle biasa. Tapi ayahku memang masih memiliki hubungan saudara jauh dengan keluarga Diggory.”
“Oh ya?! Cedric Diggory?!” Al membelalak.
“Ya. Cedric Diggory, sang pemenang turnamen Triwizads bersama Harry Potter.. ayahmu.”
“Kau di beauxbatons sejak tahun pertama?” Tanya Rose.
“Tidak. Aku baru masuk Beauxbatons dua tahun yang lalu, aku langsung ditempatkan dikelas 2 saat masuk. Entahlah.. yang jelas mereka terlambat menyadari bahwa aku adalah seorang penyihir. Aku mendapat surat panggilan dari beauxbatons saat aku berusia 12 tahun. Saat itu aku masih sekolah di sekolah muggle di Phoenix.”
“Wow! Kau bahkan langsung masuk  tingkat 2 ditahun pertamamu!” Sembur Hugo dengan takjub. Scorpius mendengus mendengarnya. Nessie melirik Scorp sambil mengerutkan alisnya.
“Jaga sikapmu Scorp!” tegur James. Kemudian bel berbunyi.
“Kau ada kelas ramuan pagi ini kan Nessie?” Tanya Rose.
“Ya, apa kau juga?” Nessie dengan cepat mengemasi buku-bukunya.
“Tentu, sebaiknya kita bergegas! Prof. Heidi bisa memberi kita detensi kerena terlambat masuk kelasnya! Kalian juga sebaiknya bergegas Al dan Scorp!” Rose menarik tangan Nessie dan segera berjalan cepat menuju kelas ramuan. 
                Prof. Heidi baru saja selesai menyiapkan bahan-bahan ramuannya saat Rose dan Nessie tiba. Beruntung mereka datang tepat waktu. 1 menit kemudian Al dan Scorp tiba di kelas dengan terengah-engah.
“Duduklah! Potong 2 point untuk Slytherin.” Prof. Heidi bicara tanpa melirik sedikitpun kearah Scorp maupun Al. Kedua anak Slytherin itu membelalakan mata mereka masih shock mendapat potongan point setelah berlari sepanjang koridor menuju kelas ramuan yang berada di ruang bawah tanah.
“Baiklah,, buka halaman 465. Disana ada pembahasan mengenai Shrinking Solution, aku mau kalian membaca baik-baik panduan dalam pembuatan ramuan itu. Kuberi waktu selama lima belas menit. Sementara kalian membaca, aku akan menyiapkan bahan-bahan ramuan ini. Buatlah kelompok yang terdiri cukup dari dua orang saja. Setelah selesai kalian akan langsung mempraktekanya. Aku akan menyediakan setiap bahan dimejaku, kalian harus mengambil dan menakarnya sendiri. Ingat! Kesalahan dalam penakaran akan membuat hasil ramuanmu gagal. Jadi pahami baik-baik dan telitilah. Aku tak akan memberi penjelasan apapun sebelum praktek ini selesai. Aku ingin tahu hasil kerja kalian murni dari pemahaman kalian. Selamat Bekerja.
Selama lima belas menit kelas sunyi….
“Baiklah anak-anak.. kalian bisa maulai sekarang. Ambillah bahan-bahan yang kalian perlukan di mejaku secukupnya. Maju perkelompok dimulai dari kursi Mr. Newton.” Prof. Heidi memberi instruksi.
Setiap kelompok maju satu persatu kedepan untuk mengambil bahan-bahan ramuan mereka untuk membuat Shrinking Solution.
“Waktu kalian satu jam dimulai dari sekarang.” Prof, Heidi berbalik dan kembali ke mejanya.

“Kau potong ulat bulu-nya setelah selesai, urus jus lintahnya, biar aku yang menguliti Shrivelfig dan memotong akar daisy-nya.” Scorp mulai membagi tugas.
“APA?! Enak saja! masa aku mengurus semua yang menjijikan itu sendirian lalu kau memilih tugas yang mudah?!” Al protes dengan suara keras.
“Mr Potter! Apa kau ada masalah?!” Tegur Prof. Heidi.
“Maaf, Tidak Professor.”
“Tolong jangan ribut di kelasku, atau kau bisa keluar.”
“Yes Professor.” Albus mengangguk dan melirik Scorp yang sedang mendelik padanya.
“Kenapa?! Kau yang salah! Kau tidak adil membagi tugas! Aku tak mau melakukan itu semua sendirian!” Desis Albus.
Rose  menghampiri dua sahabatnya itu “Kalian benar-benar seperti anak kecil!” Bisiknya.
“Albus! Kau yang memotong akar daisy dan ulat bulunya! Dan Scorp, cobalah untuk adil! Jangan egois! Sebaiknya kau yang menguliti Shrivelfig-nya dan membuat jus lintahnya.” Rose memberikan saran.
“Dasar cewek bawel!” dengus Scorp.
“Apa kau bilang?!” Rose berbalik.
“Cewek bawel!” Ulang Scorp.
“Kau…..!” desis Rose tertahan.
“Sudahlah Rose.” Bisik Nessie sambil menarik Rose kembali ke mejanya.
“Oke, aku akan memotong makhluk menjijikan ini… bahkan kau tidak lebih parah dariku dengan hanya mengoyak Lintah itu hingga berubah bentuk menjadi lendir yang lebih menjijikan.”
“Diam Kau!” desis Scorp.
                Seluruh siswa mulai bekerja, terjadi ledakkan kecil-kecilan beberapa kali karena kesalahan dalam penakaran bahan-bahan.Rose dan Nessie bekera sama dengan baik. Keduanya siswi yang cerdas dan ketelitian mereka sepertinya akan memberikan kesuksesan dalam pembuatan ramua penyusut ini.
“Masukan akar daisy itu Al!” Perintah Scorp, kemudian Al memasukkan akar daisy yang telah dipotongnya ke kuali. Lalu Scorp memasukan Shrivelfig yang telah ia kuliti.
“Apa sebaiknya aku memasukkan potongan ulat buluntya sekarang?” Tanya Al.
“Tunggu sebentar, sebaiknya kita tunggu lima menit dulu.” Scorp memandangi kualinya.
“Tapi sepertinya tadi tidak ada instruksi untuk menunggu saat akan memasukkan ulat bulunya.”
“Yeah, tapi tak ada salahnya antisipasi bukan!” Scorp mengangkat bahu.
“Sudah lima menit sejak aku menanyakannya tadi.” Albus langsung memasukkan ulat bulu yang tadi telah dipotongnya tanpa aba-aba. Scorp Memandang Al dengan tatapan siap membunuh, Al membalasnya dengan seringaian khasnya.
“Bodoh sekali kau Al!” Scorp menggerutu sambil menuangkan jus Lintahnya dengan kasar. Saking kesalnya, Scorp menuangkan semua isi tabung jus lintahnya hingga habis ke kualinnya.
“Hei Scorp! Bodoh sekali kau! Kau memasukkan semua jus lintah itu sekligus! Jika kau terlalubanyak mencampurkan jus lintah, itu akan membuat ramuan kita gagal dan beracun! Kau tau itu?!”
“Kau pikir tindakanmu tadi tidak bodoh?!” Scorp terpancing emosi. Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahu Scorp.
“Sudahlah, jangan samapi kalian dikeluarkan dari kelas ini dan terkena detensi.” Bisik Nessie.
“Kau tidak perlu ikut campur.” Ucap Scorp ketus sambil mengedikkan bahunya.
“Scorp! Maafkan dia Ness.” Justru Al yang meminta maaf dan mersa tidak enak pada Nessie. Nessie mengangkat tangan kanannya dan tersenyum.
“Jangan Khawatir, aku takkan mengganggu kalian lagi. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian.”  Nessie berbalik menuju mejanya dengan Rose yang sedang merapikaan meja mereka. Ramuan mereka sudah selesai. Mereka partner  yang seimbang dan berkerjasama dengan baik.
“Kau keterlaluan Scorp! Kasar sekali kau pada gadis seperti Nessie. Ku rasa Mr. Malfoy takkan melakukan hal seperti itu pada ibumu.”
 “Jangan pernah bawa-bawa  Ayahku Al!” Desis Scorp masih merasa kesal tapi juga merasa sedikit bersalah karena telah bersikap kasar pada Renesmee tadi.
“Ya, baiklah maaf.” Al menimbang limpa tikus dan memasukkannya dengan hati-hati ke kuali dan mengaduknya.
“Sepertinya ramuan ini memang gagal karena tindakkankku tadi.” Gumam Scorp.
“Yeah memang.” Al membalas. Sunyi beberapa saat
“Sudahlah, sudah teranjur Scorp.” Al menuangkan ramuannya kedalam tabung serum.
“Seharusnya warna hijau terang.” Scorp memandang jijik ramuan yang berwarna orange yan sedang dituang Albus.
“Yeah, ini pasti beracun.” Al menimpali. Scorp mengalihkan pandangan kearah meja Rose dan Nessie dan tak lama kemudian Nessie menoleh  padanya seperti terpanggil. Kali ini Al tak mengalihkan pandangannya dan justru terus menatap Nessie lekat-lekat.
“Aku akan berkeliling untuk melihat hasil kerja kalian.” Professor Heidi membuyarkan fokus Nessie dan Scorp.
“Miss Weasley dan Miss Cullen.. kurasa kalian adalah partner yang cocok. Dan kelihatannya ramuan kalian berhasil. Warnanya hijau terang sempurna.
“Terimakasih Professor.” Sahut Nessie dan Rose.
“Sepertinya duo Slytherin kembali sukses membuat ramuan beracun.” Professor Heidi mengangakat serum berisi ramuan berwarna orange milik Scorpius dan Albus.
“Aku punya tugas spesial untuk kalian kalau begitu. Tenang ini bukan detensi, dan point kalian tak akan dipotong. Aku akan memanggil kalian nanti sore.” Professor Heidi berbalik ke  mejanya dan tak lama kemudian bel berbunyi menandakan kelas selesai. Seluruh murid berhamburan keluar.

“Menurutmu hadiah apa yang akan kalian dapat dari Profesor Heidi?!” Tanya James bersemangat saat Al dan Scorp bergabung di meja Gryffindor untuk makan siang.
“Oh selamat James! Kelihatannya kau senang sekali dengan hal ini.” Scorp mendengus.
“ Haha… jangan sensitif begitu Scorp. Kalian beruntung harus berurusan dengan Professor cantik itu (XP) aku malah pernah berurusan dengan Professor Lauren Mallory yang cerewet dan penuh percaya diri itu! Memuakkan.” Giliran James yang mendengus.
Semuanya yang mendengar kata-kata James tertawa terbahak-bahak.
“Kita tunggu saja sore nanti.” Ejek Rose.
5 Days Ago
Edward’s  POV
“Aku memainkan pianoku di tengah ruangan. Hanya ada Alice , Jasper, dan Emmet diruangan ini yang sedang menyaksikan pertandingan Baseball di televisi. Aku mendengar Bella, Rose, dan Esme yang sedang berada di dapur berunding mengenai surat yang baru saja sampai kerumah kami melalui seekor burung hantu, dan 5 jam setelah surat itu datang, seorang Pria bernama Riley Biers datang kemari untuk menjelaskan kepada kami menenai isi surat tersebut. Carlisle sedang berada di ruang kerjannya. Aku mendengar suara mobil di perbatasan  sedang menuju kemari. Adrina dan Ariana akan segera sampai.  Nessie sedang memainkan tongkatnya yang dia ayun-ayunkan ke arah pianoku, hingga warnanya berubah-ubah.
“Aku senang selama kau senang Nak.” Aku menjawab pertanyaan Nessie yang sengaja tidak di ucapkannya. Nessie tersenyum padaku kemudian mengeluarkan beberapa bungkus permen dari sakunya.
“Kau harus coba yang ini Dad!” Nessie mengulurkan permen itu padaku. Aku mengambil satu dan memasukkannya kedalam mulutku. Kurasakan sensasi yang beraneka macam dalamm mulutku. Aku tersenyum melihat Nessie yang tertawa riang melihat ekspresiku.

“Aku tak ingin Nessie pergi! Beauxbatons yang  memberikaan kesempatan Nessie untuk pulang lebih sering saja sudah membuatku muak, apalagi dengan Hogwarts yang hanya memberikan kesempatan tiga kali dalam setahun untuk pulang!” Rose kukuh tak memberi izin pada Nessie untuk pindah sekolah ke Hogwarts.
“Sebenarnya aku bingung, kenapa Nessie bisa terdaftar dalam sekolah-sekolah sihir itu. Ku rasa kau dan Edward tidak punya keturunan penyihir bukan?!” Esme memandang Bella.
“Tentu saja. kecuali…” Kalimat Bella terputus. Walau aku tak mampu membaca pikirannya, tapi aku tahu apa yang Bella pikirkan.
 “Kakekku pernah belajar sihir dari temannya. Adik perempuan ayahku menuruni sedikit bakat itu dari kakekku dan dia menikah dengan seorang laki-laki dari keluarga penyihir Diggory. Keturunan itu terus berlanjut hingga 4 generasi selama eksistensiku. Kemudian berhenti pada generasi Cedric Diggory yang tewas dalam turnamen Triwizard.” Aku menjelaskan sambil terus memainkan pianoku. Walau Bella, Rose, dan Esme berada di dapur, namun mereka mendengar semua perkataanku dengan jelas.
“Kenapa kau tak pernah menceritakannya Edward?!” Alice bersuara.
“Akupun baru mengetahuinya Alice. Aku dan Carlisle mencari tahu sesaat sebelum Nessie masuk beauxbatons.”
“Grandpa seorang wizard Dad?!” Nessie membelalak senang.
“Begitulah yang Dad tahu nak.” Ku pegang kedua pipi Nessie dan mencium keningnya.
“ Aku tak mau berpisah dengan Nessie lebih lama Ed!” Bella keluar dan menghampiri kami.
“Akupun begitu Bells, tapi hal ini tak dapat di cegah. Nama siswa-siswi Hogwarts tertulis dan terdaftar sendiri secara sihir berdasarkan garis keturunaan maupun kemampuan sihir sang anak. Nessie akan kembali Bella. Dia hanya akan menuntut ilmu selama 3 tahun lagi. Kita punya banyak waktu untuk meunggu bukan?” aku meraih kedua tangan Bella dan mengecup pipinya.
“Baiklah.” Bella mendesah pasrah.
“Kau setuju Bella?!” Sembur Rosalie.
“Kau dengar kata-kata Edward bukan?” ujar Bella.
Nessie berlari menghampiri Rose dan memeluknya kemudian Rose menyambutnya .
“Aunty Rose! Aku sayang sekali padamu! Kau ibu keduaku setelah mom Bella.” Nessie membenamkan wajahnya didada Rose.
“Akupun mencintaimu sayang, sangat! Bahkan sebelum kau keluar ke dunia ini. Terimakasih sayang.” Rose mencium rambut Nessie.
Aku senang melihat Rose yang sangat menyayangi Nessie. Nessie membawa kebahagiaan dan kedamaian dalam keluarga ini. Kurang dari 100 meter lagi mobil Ariana dan Adrina akan segera sampai. Kakak beradik itu ku adopsi 3 tahun lalu untuk menemani Nessie. Tapi ternyata setahun kemudian Nessie malah bersekolah di Beauxbatons.
“Hi semua kami pulang! “ teriak Ariana.
“Nessie!” Adrina berlari menghampiri Nessie dan memeluknya.
“Hi, Adri! Aku rindu padamu!” Nessie membalas pelukkaan adiknya.
“Aku juga!” sahutnya.
“Hi Nessie! Kau punya sesuatu yang baru? Perlihatkan padaku!” Ariana merangkul Nessie.
“Aku tak bisa melakkukannya disini.” Nessie memsang wajah seakan menyesal.
“Sayang sekalli.” Ariana Tersenyum jahil.
“Haha… kali ini aku serius, semakin meningkat tingkatanku, sihir yang kudapatkan semakin berguna dan serius bukan untuk main-main seperti “Wingardium Leviosa!” Nessie spontan mengayunkan tongkatnya dengan anggun kearah pianokku dann membuat pianoku melayang. Kemudian Nessie tesenyum padaku. Aku menyingkir dari pianoku mempersilahkannya untuk menganiaya salah satu benda kesayannganku itu. Sedetik kemudian Nessie melepaskan fokus tongkatnya dan membiarkan pianoku terjatuh  dari ketinggian 4 meter dari lantai. Seketika pianoku hancur lebur . semua mata memandang aku dan Nessie bergantian menuntut penjelasan.
Reparo!” Nessie mangayunkan kembali tongkatnya ke arah onggokan kerangka pianoku yang telah hancur lebur. Seketika piano itu kembali utuh seperti semula. Aku menyeringai pada Emmet.“Lihatlah Gadis kecilku!” tawa Emmet menggema di seantero ruang tengah.
“WoW Ness! Itu tadi keren sekali! Beisakah kau mengajariku?” Ariana bersemangat.
“Sepertinya tidak.” Nessie menjulurkan lidahnya.
“Uh Menyebalkan!” Ariana merengut.
“Aku mau ke Seattle  bersama Adrina dan Ariana  Dad, Bolehkan?” Tanya Nessie.
“Kau yakin kau yang akan mengemudi?” Tanyaku. Walaupun refleks dan kemampuan Nessie tentu lebih baik dari Ariana, tetap saja Nessie baru bisa mengendarai mobilnya. Aku masih khawatir, tapi aku tahu anakku. Dia gadis yang cerdas.
“Tentu.” Jawabku.
“Apa?! Kau yang akan mengemudi?! Oh aku belum mau  mati Nessie!” Ariana membelalakkan matanya.
“Tenanglah Kak! Nessie akan jauh lebih baik mengemudikan lamborghininya dibandingkan kau!” Adrina berlari kebalik punggung Nessie mencari perlindungan dari serangan kakaknya.
“Apa?! Lamborghini?! Milikku?” Nessie membelalakan matanya. Oh Adrina telah membuka mulut soal hadiahku untuk Nessie. Jadi sekalian saja.
“Dad membelikaan lamborghhini untukmu nak.” Aku melempar kuncinya dan Nessie menangkapnya dengan tangkas.
“Oh! Thank you Dad!” Nessie berlari dan memelukku.
“Kita akan pindah ke London malam ini anak-anak, jadi bersenang-senanglah.” Carlisle turun dari ruang kerjanya.
“APA?!” teriak Adrina dan Ariana bersamaan.

To Be Continued….






0 komentar:

Posting Komentar