Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Senin, 14 Mei 2012

Strategi Nyaman di dalam Busway


Gimana rasanya kalau anda harus berdiri di busway sepanjang jalan dari tempat asal anda hingga tempat tujuan anda seperti gambar dibawah ini??



Capek? Tentu...
Apalagi kalau rute perjalanan anda jauh... dari ujung Jakarta sampe ujung Jakarta lagi...
 
nah tingkatkan strategi anda untuk bisa mendapatkan tempat senyaman mungkin di busway selamma perjalanan anda hingga tempat tujuan... :D

berikut beberapa point yang perlu di perhatikan :
 
A. Hal-Hal yang perlu di waspadai selama berada di dalam Busway maupun Halte Busway :

1. Ibu-Ibu egois

    Biasanya ibu-ibu model begini susah di ajak tertib. Kita udah ngantri panjang-panjang mencoba tetap rapi, tapi dengan egoisnya sang ibu-ibu nyerobot antrian kuta dengan kasar demi sebuah tempat duduk.


2. Orang Tua

    Demi rasa kemanusiaan, hati nurani kita pasti gak tega ngeliat orang tua berdiri di depan kita sedangkan kita duduk. :(


3. Ibu yang bawa anak

    Lagi-lagi demi alasan kemanusiaan... -.-" apalagi kalo anaknya lucu :D


4. Ibu Hamil

    OMG!! Ini dia yang gak kalah bahaya! O.o

Mas-Mas penjaga pintu busway pasti langsung nyolek siapapun yang paling dekat dengan ibu itu dan minta siapapun itu untuk berdiri.... -.-"


5. MasTeng (Mas-Mas Tengil)

    Untuk para cewek... hati-hati cari tempat berdiri yang pewe ya! kalo bisa ambil tempat di daerah depan dekat supir busway ysng memang di sediakan khusus untuk wanita, demi kenyamanan dan keamanan kalian dari jangkauan mas-mas tengil yang tangannya nakal!



B. Tempat-tempat yang sebaiknya di hindari didalam Busway

1. Empat kursi di keempat sudut dekat pintu tengah busway (yang dekat  kaca pembatas)

Reason : Biasanya setiap orang terutama manula, wanita, atau ibu hamil akan langsung lari kearah sekitar keempat kursi itu jika keadaan busway sedang penuh sesak dengan penumpang. dan kembali lagi ke point atas... ketika ibu hamil atau manula itu berdiri di depan kursi kita, bagi yang punya hati, pasti gak akan tega membiarkan mereka berdiri dideppan kita... tapi bagi yang bener-bener capek (bukannya gak punya hati) tapi memang capek seharian aktivitas perjalanan jauh dan udah berusaha berpacu dengan waktu untuk bisa dapetin tempat duduk apalagi diposisi wenak kaya di pojok itu... karena disana bisa bersandar,, tinggal hitung 1 sampai 3 dan kembali... Penjaga pintu busway akan mencolek anda untuk memberikan tempat duduk anda pada sang manula atau ibu hamil #pengalaman -.-"


2. Kursi paling ujung depan sebelah pintu depan

Reason : Kadang ibu-ibu yang bawa anaknya suka bawa suatu pegangan untuk anaknya... entah itu mainan, ataupun makanan... Dan gak semua anak bisa duduk diam dengan manis memainkan mainan atau memakan makanannya. kadang anak-anak dengan jail melempar mainan atau makanannya, atau paling gak mainannya itu gak sengaja terjatuh sampai ke bawah tangga pintu depan…
dalam hati bimbang : "Ambilin gak ya?” -.-“

3. Posisi berdiri dekat pintu jika penjaga pintu adalah wanita.

Percaya deh… kalo berurusan sama cowok itu lebih gampang daripada sama cewek. Berdiri sepanjang Harmoni sampe Lebak Bulus didepan pintu sekaligus disamping penjaga pintu busway cowok pun gak akan di complain sama penjaganya. Tapi kalau penjaga pintunya cewek,, siap-siaplah kena ocehannya yang menyuruh anda untuk masuk kedalam.

4. Posisi berdiri di samping penyangga kaca dekat kursi paling ujung dekat pintu utama.

Maksud hati menunggu siapa saja penumpang yang akan turun agar kita bisa menempati kursinya. Tapi ketika busway berhenti di halte berikutnya, tiba-tiba penumpang baru dari halte tersebut berjalan masuk kedepan para penumpang yang duduk.
Coba pikirkan! Potensi mana yang lebih besar antara anda dan dia untuk dapat menempati kursi manapun yang akan ditinggalkan penghuninya?
Tentu saja orang itu yang lebih berpotensi untuk duduk di kursi yang akan kosong, daripada anda yang berdiri di ujung dengan jangkauan yang cukup jauh, walaupun secara teknis anda yang lebih berhak karena anda yang lebih dulu naik.




C. Tempat PeWe di busway 

Sebenarnya sih di tiap sudut itu adalah tempat pewe karena bisa bersandar, tapi karena beberapa alasan diatas, jadilah beberapa tempat dihilangkan dari list ini.
Kursi disudut (Belakang Supir) itu adalah tempat teraman untuk wanita. Tapi kalau cowok mau aman,, sebaiknya duduk aja di kursi paling belakang dekat jendela belakang yang menghadap ke arah depan yang kursinya lebih tinggi dari kursi lain yang ada di sisi kanan kiri busway. Biasanya wanita jarang sampai kesana, dan hal itu berarti meminimalisir kemungkinan tuntutan yang akan dilontarkan pada anda untuk mengalah pada sang wanita ;)

Oh ya satu lagi! kalo saking udah capeknya tapi belum dapet tempat duduk juga... duduk di tangga pintu depan sebelah supir juga sering jadi alternatif lho! kaya gambar dibawah ini nih... :D


Demikian Point-Point yang penting gak penting dari saya mengenai strategi kenyamanan didalam busway… tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman dan observasi  saya sendiri  :-P

HAPPY TRAVEL!! ;-)

Bloody Wizard



                Hari ini Hogwarts mulai kembali sibuk. Tahun ajaran baru telah dimulai, para siswa masih sibuk di asramanya masing-masing untuk membereskan barang-barang bawaan mereka. Seorang anak laki-laki berambut hitam lurus tingkat empat sibuk mondar-mandir di ruang bawah tanah asrama Slytherin mencari barang miliknya yang lupa ia letakan dimana. Sedangkan temannya yang berambut pirang platinum hanya melirik sesekali dan memutar bola matanya, kemudian melanjutkan bacaan bukunya.
                Di ruang rekreasi Gryffindor suasana tidak berbeda, sama seperti asrama lainnya, bahkan lebih berisik. Seorang gadis berambut merah tingkat empat sedang merapikan buku-buku bawaannya dari koper yang dibawanya ke rak kecil disamping lemarinya. Tak jauh dari sana duduk seorang anak laki-laki tingkat enam didepan perapian ruang rekreasi. Anak laki-laki itu sibuk dengan perkamen lusuh yang sedang dipegangnya. Ia nampak sangat asik seperti sedang menyaksikan suatu pertunjukan seru seperti yang ada di layar televisi Muggle. Sang gadis yang melihat kelakuan anak laki-laki itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Apa yang sedang kau intai kali ini James?” Gadis berambut merah itu menghampiri sang anak laki-laki.
“Aku tidak sedang mengintai kali ini Rose, aku sedang memantau adik-adik kita.”
“Pasti sekarang mereka masih di sekoci menuju kastil kan?” Rose duduk disamping James.
“Ya, mereka masih di danau bersama Hagrid dan siswa kelas satu lainnya. Lihat sekoci itu Rose!” James menunjuk sekumpulan nama yang berhimpitan di sudut kanan peta perompak yang sejak tadi di intainya. Peta itu ia dapatkan dari ayahnya, Harry Potter. Mata Rose mengikuti arah yang di tunjuk oleh James pada perkamen itu.
“Ada apa dengan Mereka?” Rose mengalihkan pandangannya pada James.
“Bukan! Bukan Mereka! Tapi hanya satu! Nama itu! Renesmee Carlie Cullen. Aku tak pernah mendengar atau menemukan marga Cullen dalam buku sejarah sihir yang pernah aku baca. Ayahku juga tak pernah bercerita bahwa ada siswa Hogwarts yang bermarga Cullen.
“Mungkin dia keturunan pure muggle seperti  ibu Scorp.” Rose mengangkat bahu.
“Ya, mungkin.” James mengangkat bahunya. “Keonaran telah terlaksana, Nox.” James melipat perkamennya dan menyelipkannya ke saku jubahnya.
“Mereka akan segera sampai, mari kita ke aula besar.” James berdiridan berjalan keluar  ruang Rekreasi menuju aula besar diikuti Rose.

                Aula besar telah di penuhi oleh siswa-siswa dari semua asrama dari tingkat dua hingga tingkat tujuh. Hingga tiba saat Hagrid menggiring anak-anak kelas satu menuju podium didepan meja panjang guru dan kepala sekolah. Topi seleksi telah di siap di temptnya.
Prof. McGonnagall memanggil nama setiap anak satu persatu untuk di seleksi.
“Kendra MacAvoy… Hufflepuff!” Seru Shorting Hat. Terdengar tepuk tangan keras dari meja Hufflepuff.
“Jefferey Zabini… Slytherin!” Teriak Shorting Hat. Disambut dengan sorakan dari meja Slytherin.
“Lily Potter… Hmm,, amat sangat mudah, tidak seperti ayah dan kakak laki-lakinya yang kedua… (tiba-tiba semua orang menoleh kearah Albus Potter di meja Slytherin) GRYFFINDOR!!” seru Shorting Hat. Sorak sorai berkumandang dari meja Gryfindor. Wajah Lily berseri-seri menuju meja Gryffindor.
“Hugo Weasley…. Gryffindor!” Kembali Gryffindor bersorak.
                Seleksi terus berlanjut, nama-nama terus bergulir  satu persatu. Hingga disaat seluruh siswa kelas satu telah  mendapatkan tempat mereka, Prof. McGonnagall kembali memanggll sebuah nama yang amat sangat asing di telinga para penyihir. Seluruh siswa yang mengira proses seleksi telah selesai, kembali mengalihkan perhatian mereka kearah podium. “Renesmee Carlie Cullen”  Panggil Prof. McGonnagall.
Sebuah langkah kaki anggun berjalan dengan teratur dari arah pintu utama aula besar menuju tempat Prof. McGonnagall berdiri. Setiap ketukan sepatu yang bergesek dengan lantai batu aula besar membentuk satuan-satuan nada bagai alunan musik. Semua mata termasuk para professor memandang takjub kearah sang pemilk langkah kaki tersebut, Prof, McGonnagall tesenyum lebar menyambutnya.
Terlihat di meja Slytherin Albus Potter melongo membuka mulutnya lebar-lebar, temannya Scorpius Malfoy yang merasa malu dengan kelakuan sahabatnya kemudian menutup mulut Albus dengan mendorong rahangnya hingga menutup, Al menyeringai pada Scorp, lalu Scorp memutar bola matanya.
Dari meja Gryffindor terlihat Hugo Weasley yang sejak tadi sibuk menyisir semua makanan yang tersedia di meja panjang Gryffindor tiba-tiba menghentikan kegiatannya dan melongo dalam keadan mulut yang masih penuh dengan makanan yang belum selesai dikunyahnya. Sang kakak, Rose Weasley berbaik hati melakukan hal yang sama pada adiknya, seperti yang dilakukan oleh Scorp pada Al. James terbahak-bahak melihat kelakuan kedua sepupunya itu. Lily Potter sibuk memperhatikan gadis yang mencuri perhatian setiap orang itu dengan seksama. Gadis itu begitu cantik, wajahnya yang begitu Indah seperti malaikat terbingkai sempurna oleh rambut perunggunya. Kulitnya amat sangat putih. Gadis itu melenggang anggun dengan senyuman yang benar-benar menawan.
Prof. McGonnagall mempersilahkan gadis itu untuk duduk di kursi seleksi. Gadis itu tersenyum dan mengangguk hormat pada Prof. McGonnagall sebelum akhirnya duduk. Kemudian Prof. McGonnagall meletakan topi seleksi di kepala gadis itu. Seketika aula besar sunyi, tak ada suara sedikitpun. Suasana tiba-tiba seperti pemakaman Godric Hallows. Bahkan mungkin sedikit gesekan jubah akan menimbulkan bunyi yang dapat terdengar oleh sejumlah orang.
Suasana terus sunyi untuk beberapa detik hingga akhirnya terdengar sebuah gumaman kecil dari arah Shorting Hat. “Hmm… cukup rumit. Renesmee Carlie Cullen… seorang pemberani Gryffindor sekaligus seorang genius Ravenclaw, Menarik… ini benar-benar sulit… tiga pilihan…sangat jarang terjadi. Kau sangat pasrah nak, bahkan Harry Potter memiliki pillihannya sendiri, tapi kau .. kau sangat bersedia menerima dimanapun kau di tempatkan. Tidakkah kau ingin memilih nak?” Topi Seleksi menawarkan, sangat tidak biasanya.
Renesmee mengedarkan pandangannya, kemudian pandangannya berhenti di meja Gryffindor. Terlihat Rose tersenyum manis dan melambai kearahnya. Renesmee membalas senyumnya dan kembali mengedarkan pandangannya kemudian kembali pandangannya berhenti, kali ini di meja Slytherin. Ia melihat setiap mata tajam para Slytherin yang yang memandang kearahnya.
”Ya, kurasa aku akan memilih Slytherin?” Renesmee berkata dengan nada bertanya bukan seperti pernyataan. Ia  mengeluarkn suaranya yang merdu bagaikan lonceng. Scorpius yang sejak tadi sibuk mengunyah sandwichnya dan tidak memdulikan gadis yan menyita banyak perhatian itu tiba-tba tersedak saat mendengar suara gadis itu keluar dari bibir mungilnya. Sontak gadis itu mengarahkan pandangannya pada Scorp, Scorp langsung salah tingkah saat bertemu pandang dengan Renesmee. Ia membersihkan mulutnya dengan serbet. Albus menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu “Oh ayolah Scorp! Aku tahu suaranya memang indah, tapi hati-hatilah! Jangan sampai kau mati tersedak hanya karena terpesona mendengar suara seorang gadis.” Kata Albus dengan polosnya.
“Bukan itu bodoh! Aku tersedak karena kata-katanya! Dia ingin masuk slytherin, padahal pilihannya hanya dua, dan tidak ada slytherin didalamnya!” Bisik Scorp sambil emosi dan gemas karena kata-kata sahabat slytherinnya itu.
Renesmee terkikik kecil seperti bisa mendengar percakapan antara Scorpius Malfoy da Albus Potter.

Tapi kau tak memiliki unsur slytherin sama sekali dalam dirimu nak.” Ujar Shorting Hat.
“Ya, maaf. Err…. Mungkin aku akan masuk Gryffindor.” Renesmee tersenyum lebar sambil menangkat sebelah alisnya.
“hmm… GRYFFINDOR!!” Teriak Shorting Hat.
Meja Gryffindor kembali bersorak sorai menyambut kedatangan anggota baru mereka. Renesmee berdiri dan berjalan menuju meja Gryffindor sambil terus tersenyum. Dia segera menghampiri Rose Weasley yang sedang melambai-lambai padanya, mengisyaratkannya untuk bergabung dengannya.
“Hei, Silahkan duduk.” Rose mempersilahkan Renesmee untuk duduk di kursi kosong disampingnya.
“Terima Kasih.” Renesmee duduk disamping Rose.
“Perkenalkan aku Rose Weasley, dan ini adikku Hugo.” Rose merangkul adikknya.
“Aku James Potter dan ini adikku Lily Potter.” James menyusul kalimat Rose.
“Aku Renesmee Carlie Cullen. Kalian bisa memanggilku Nessie.”
“Okay Nessie, jadi sebenarnya kau ini berasal darimana? Sepertinya kau bukan daari Britania ya?” James langsung menginterogasi.
“Ya, tepat sekali. Aku berasal dari sebuah kota kecil di Washington Amerika.”
“Jadi kau pindahan dari mana?” Tanya Lily.
“Beauxbatons.” Jawab Nessie.
“Apa kau akan satu tingkat dengan kami? Tanya Hugo dengan wajah polosnya.
Renesmee tersenyum sebelum menjawab “Tentu saja tidak, aku akan langsung masuk tingkat empat.”
“Wah! Berarti kita akan sekelas!” Seru Rose sumringah.
“Kau angkatan ke empat?” Tanya Nessie.
“Ya, dan kau lihat dua anak disana yang tadi sempat membuat ribut sedikit saat proses seleksimu berlangsung?” Rose mengedikkan dagunya kearah meja Slytherin tepatnya kearah Scorpius dan Albus yang juga sedang memandanginya lagi. Albus lantas melambai pada gerombolan saudara dan sepupu Gryffindornya, sedangkan Scorp langsung berpura-pura melihat kearah lain. Tapi reflex Nessie sangat cepat dan dia sudah lebih dulu menangkap basah Scorp yang sedang memperhatikannya, walaupun Scorp sudah mengelak dengan begitu cepat. Nessie terkikik melihat kelakuan kedua anak Slytherin itu.
“Kenapa Nessie?” tegur Rose bingung.
“Ah? Tidak, hanya kelakuan mereka sejak tadi menurutku… lucu…” Nessie tertawa lepas. Suara tawanya berdentang merdu seperti lonceng. James memandangnya takjub.
“Err, ya mereka memang suka melakukan hal-hal bodoh!” Rose tertawa sambil memutar bola matanya.
“Oh ya, tadi kau mau bilang apa tentang mereka?” Nessie mulai bersemangat.
“Whoa! Sepertinya kau menyukai mereka ya?!” Hugo maracau dengan mulut penuh dengan pie.
“Haha… Ya! Tentu saja! Sepertinya mereka menyenangkan.” Nessie menjawab jujur.
“Mereka itu Albus Potter  dan Scorpius Malfoy. Al yang tadi melambai kemari adalah sepupu kami sekaligus adik James dan kakak Lily. Sedangkan yang di sebelah kirinya adalah Scorp.” Rose menjelaskan panjang lebar.
“Wow! Kalian bersaudara? Pasti menyenagkan bukan?!”
“Ya, tentu” James angkat bicara.
“Semua keonaran dapat terlaksana dengan kerjasama keluarga besar.” James tersenyum jahil dan mengedipkan sebelah matanya. Nessie menyeringai pada james dan mengangkat sebelah alisnya.



Aula besar masih belum sepenuhnya terisi oleh siswa yang sarapan. Namun Rose, Nessie, Hugo, dan Lilly telah duduk di meja panjang Gryffindor untuk mengisi perut mereka sebelum kembali beraktifitas. Tak lama James, Albus, dan Scorp datang dan bergabung. Albus menyeret Scorp untuk bergabung di meja Gryffindor.
“Selamat Pagi.” Seru James mengambil tempat kosong disamping Lily.
Albus duduk disamping Hugo, namun Scorp masih belum mau duduk.
“Oh ayolah Scorp! Duduklah sebelum bel berbunyi dan memaksamu menuju kelas bahkan sebelum kau sempat menyentuh sarapanmu!” Al menarik Scorp dan mendudukannya di kursi kosong sebelah Nessie. Scorp mendelik pada Al dan dibalas dengan seringaian dari Al.
“Hi,, kita belum berkenalan bukan? Aku Albus Potter.”
“Hi, aku Renesmee Carlie Cullen. Dan kau?” Nessie menoleh kesamping kirinya, tempat Scorp sedang melamun. Ia tak menyadari Nessie sedang bertanya padanya.
“Scorp?!” Albus melambai-lambaikan kedua tangannya didepan wajah Scorp. Kemudian Nessie mengguncangkan sedikit bahu Scorp, seketika Scorp gelagapan mendapati wajah Nessie begitu dekat berada disampingnya.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Nessie.
“Ya.” Jawab Scorp singkat.
“Tadi Nessie menanyakan siapa namamu?” Al menahan tawa melihat ekspresi sahabat Slytherin-nya itu.
“Aku Scorpius Malfoy.” Jawab Scorp dengan acuh tak acuh.
“Aku Renesmee Cullen. Panggil saja aku Nessie.” Renesmee tersenyum sangat manis.
“Hei Ness, aku tak pernah mendengar tentang keluarga Cullen sebelumnya.” Albus memulai pembicaraan.
“Ya, aku lahir di sebuah kota kecil di Washington Amerika. Keluargaku memang bukan keluarga penyihir, ibuku seorang  muggle biasa. Tapi ayahku memang masih memiliki hubungan saudara jauh dengan keluarga Diggory.”
“Oh ya?! Cedric Diggory?!” Al membelalak.
“Ya. Cedric Diggory, sang pemenang turnamen Triwizads bersama Harry Potter.. ayahmu.”
“Kau di beauxbatons sejak tahun pertama?” Tanya Rose.
“Tidak. Aku baru masuk Beauxbatons dua tahun yang lalu, aku langsung ditempatkan dikelas 2 saat masuk. Entahlah.. yang jelas mereka terlambat menyadari bahwa aku adalah seorang penyihir. Aku mendapat surat panggilan dari beauxbatons saat aku berusia 12 tahun. Saat itu aku masih sekolah di sekolah muggle di Phoenix.”
“Wow! Kau bahkan langsung masuk  tingkat 2 ditahun pertamamu!” Sembur Hugo dengan takjub. Scorpius mendengus mendengarnya. Nessie melirik Scorp sambil mengerutkan alisnya.
“Jaga sikapmu Scorp!” tegur James. Kemudian bel berbunyi.
“Kau ada kelas ramuan pagi ini kan Nessie?” Tanya Rose.
“Ya, apa kau juga?” Nessie dengan cepat mengemasi buku-bukunya.
“Tentu, sebaiknya kita bergegas! Prof. Heidi bisa memberi kita detensi kerena terlambat masuk kelasnya! Kalian juga sebaiknya bergegas Al dan Scorp!” Rose menarik tangan Nessie dan segera berjalan cepat menuju kelas ramuan. 
                Prof. Heidi baru saja selesai menyiapkan bahan-bahan ramuannya saat Rose dan Nessie tiba. Beruntung mereka datang tepat waktu. 1 menit kemudian Al dan Scorp tiba di kelas dengan terengah-engah.
“Duduklah! Potong 2 point untuk Slytherin.” Prof. Heidi bicara tanpa melirik sedikitpun kearah Scorp maupun Al. Kedua anak Slytherin itu membelalakan mata mereka masih shock mendapat potongan point setelah berlari sepanjang koridor menuju kelas ramuan yang berada di ruang bawah tanah.
“Baiklah,, buka halaman 465. Disana ada pembahasan mengenai Shrinking Solution, aku mau kalian membaca baik-baik panduan dalam pembuatan ramuan itu. Kuberi waktu selama lima belas menit. Sementara kalian membaca, aku akan menyiapkan bahan-bahan ramuan ini. Buatlah kelompok yang terdiri cukup dari dua orang saja. Setelah selesai kalian akan langsung mempraktekanya. Aku akan menyediakan setiap bahan dimejaku, kalian harus mengambil dan menakarnya sendiri. Ingat! Kesalahan dalam penakaran akan membuat hasil ramuanmu gagal. Jadi pahami baik-baik dan telitilah. Aku tak akan memberi penjelasan apapun sebelum praktek ini selesai. Aku ingin tahu hasil kerja kalian murni dari pemahaman kalian. Selamat Bekerja.
Selama lima belas menit kelas sunyi….
“Baiklah anak-anak.. kalian bisa maulai sekarang. Ambillah bahan-bahan yang kalian perlukan di mejaku secukupnya. Maju perkelompok dimulai dari kursi Mr. Newton.” Prof. Heidi memberi instruksi.
Setiap kelompok maju satu persatu kedepan untuk mengambil bahan-bahan ramuan mereka untuk membuat Shrinking Solution.
“Waktu kalian satu jam dimulai dari sekarang.” Prof, Heidi berbalik dan kembali ke mejanya.

“Kau potong ulat bulu-nya setelah selesai, urus jus lintahnya, biar aku yang menguliti Shrivelfig dan memotong akar daisy-nya.” Scorp mulai membagi tugas.
“APA?! Enak saja! masa aku mengurus semua yang menjijikan itu sendirian lalu kau memilih tugas yang mudah?!” Al protes dengan suara keras.
“Mr Potter! Apa kau ada masalah?!” Tegur Prof. Heidi.
“Maaf, Tidak Professor.”
“Tolong jangan ribut di kelasku, atau kau bisa keluar.”
“Yes Professor.” Albus mengangguk dan melirik Scorp yang sedang mendelik padanya.
“Kenapa?! Kau yang salah! Kau tidak adil membagi tugas! Aku tak mau melakukan itu semua sendirian!” Desis Albus.
Rose  menghampiri dua sahabatnya itu “Kalian benar-benar seperti anak kecil!” Bisiknya.
“Albus! Kau yang memotong akar daisy dan ulat bulunya! Dan Scorp, cobalah untuk adil! Jangan egois! Sebaiknya kau yang menguliti Shrivelfig-nya dan membuat jus lintahnya.” Rose memberikan saran.
“Dasar cewek bawel!” dengus Scorp.
“Apa kau bilang?!” Rose berbalik.
“Cewek bawel!” Ulang Scorp.
“Kau…..!” desis Rose tertahan.
“Sudahlah Rose.” Bisik Nessie sambil menarik Rose kembali ke mejanya.
“Oke, aku akan memotong makhluk menjijikan ini… bahkan kau tidak lebih parah dariku dengan hanya mengoyak Lintah itu hingga berubah bentuk menjadi lendir yang lebih menjijikan.”
“Diam Kau!” desis Scorp.
                Seluruh siswa mulai bekerja, terjadi ledakkan kecil-kecilan beberapa kali karena kesalahan dalam penakaran bahan-bahan.Rose dan Nessie bekera sama dengan baik. Keduanya siswi yang cerdas dan ketelitian mereka sepertinya akan memberikan kesuksesan dalam pembuatan ramua penyusut ini.
“Masukan akar daisy itu Al!” Perintah Scorp, kemudian Al memasukkan akar daisy yang telah dipotongnya ke kuali. Lalu Scorp memasukan Shrivelfig yang telah ia kuliti.
“Apa sebaiknya aku memasukkan potongan ulat buluntya sekarang?” Tanya Al.
“Tunggu sebentar, sebaiknya kita tunggu lima menit dulu.” Scorp memandangi kualinya.
“Tapi sepertinya tadi tidak ada instruksi untuk menunggu saat akan memasukkan ulat bulunya.”
“Yeah, tapi tak ada salahnya antisipasi bukan!” Scorp mengangkat bahu.
“Sudah lima menit sejak aku menanyakannya tadi.” Albus langsung memasukkan ulat bulu yang tadi telah dipotongnya tanpa aba-aba. Scorp Memandang Al dengan tatapan siap membunuh, Al membalasnya dengan seringaian khasnya.
“Bodoh sekali kau Al!” Scorp menggerutu sambil menuangkan jus Lintahnya dengan kasar. Saking kesalnya, Scorp menuangkan semua isi tabung jus lintahnya hingga habis ke kualinnya.
“Hei Scorp! Bodoh sekali kau! Kau memasukkan semua jus lintah itu sekligus! Jika kau terlalubanyak mencampurkan jus lintah, itu akan membuat ramuan kita gagal dan beracun! Kau tau itu?!”
“Kau pikir tindakanmu tadi tidak bodoh?!” Scorp terpancing emosi. Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahu Scorp.
“Sudahlah, jangan samapi kalian dikeluarkan dari kelas ini dan terkena detensi.” Bisik Nessie.
“Kau tidak perlu ikut campur.” Ucap Scorp ketus sambil mengedikkan bahunya.
“Scorp! Maafkan dia Ness.” Justru Al yang meminta maaf dan mersa tidak enak pada Nessie. Nessie mengangkat tangan kanannya dan tersenyum.
“Jangan Khawatir, aku takkan mengganggu kalian lagi. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian.”  Nessie berbalik menuju mejanya dengan Rose yang sedang merapikaan meja mereka. Ramuan mereka sudah selesai. Mereka partner  yang seimbang dan berkerjasama dengan baik.
“Kau keterlaluan Scorp! Kasar sekali kau pada gadis seperti Nessie. Ku rasa Mr. Malfoy takkan melakukan hal seperti itu pada ibumu.”
 “Jangan pernah bawa-bawa  Ayahku Al!” Desis Scorp masih merasa kesal tapi juga merasa sedikit bersalah karena telah bersikap kasar pada Renesmee tadi.
“Ya, baiklah maaf.” Al menimbang limpa tikus dan memasukkannya dengan hati-hati ke kuali dan mengaduknya.
“Sepertinya ramuan ini memang gagal karena tindakkankku tadi.” Gumam Scorp.
“Yeah memang.” Al membalas. Sunyi beberapa saat
“Sudahlah, sudah teranjur Scorp.” Al menuangkan ramuannya kedalam tabung serum.
“Seharusnya warna hijau terang.” Scorp memandang jijik ramuan yang berwarna orange yan sedang dituang Albus.
“Yeah, ini pasti beracun.” Al menimpali. Scorp mengalihkan pandangan kearah meja Rose dan Nessie dan tak lama kemudian Nessie menoleh  padanya seperti terpanggil. Kali ini Al tak mengalihkan pandangannya dan justru terus menatap Nessie lekat-lekat.
“Aku akan berkeliling untuk melihat hasil kerja kalian.” Professor Heidi membuyarkan fokus Nessie dan Scorp.
“Miss Weasley dan Miss Cullen.. kurasa kalian adalah partner yang cocok. Dan kelihatannya ramuan kalian berhasil. Warnanya hijau terang sempurna.
“Terimakasih Professor.” Sahut Nessie dan Rose.
“Sepertinya duo Slytherin kembali sukses membuat ramuan beracun.” Professor Heidi mengangakat serum berisi ramuan berwarna orange milik Scorpius dan Albus.
“Aku punya tugas spesial untuk kalian kalau begitu. Tenang ini bukan detensi, dan point kalian tak akan dipotong. Aku akan memanggil kalian nanti sore.” Professor Heidi berbalik ke  mejanya dan tak lama kemudian bel berbunyi menandakan kelas selesai. Seluruh murid berhamburan keluar.

“Menurutmu hadiah apa yang akan kalian dapat dari Profesor Heidi?!” Tanya James bersemangat saat Al dan Scorp bergabung di meja Gryffindor untuk makan siang.
“Oh selamat James! Kelihatannya kau senang sekali dengan hal ini.” Scorp mendengus.
“ Haha… jangan sensitif begitu Scorp. Kalian beruntung harus berurusan dengan Professor cantik itu (XP) aku malah pernah berurusan dengan Professor Lauren Mallory yang cerewet dan penuh percaya diri itu! Memuakkan.” Giliran James yang mendengus.
Semuanya yang mendengar kata-kata James tertawa terbahak-bahak.
“Kita tunggu saja sore nanti.” Ejek Rose.
5 Days Ago
Edward’s  POV
“Aku memainkan pianoku di tengah ruangan. Hanya ada Alice , Jasper, dan Emmet diruangan ini yang sedang menyaksikan pertandingan Baseball di televisi. Aku mendengar Bella, Rose, dan Esme yang sedang berada di dapur berunding mengenai surat yang baru saja sampai kerumah kami melalui seekor burung hantu, dan 5 jam setelah surat itu datang, seorang Pria bernama Riley Biers datang kemari untuk menjelaskan kepada kami menenai isi surat tersebut. Carlisle sedang berada di ruang kerjannya. Aku mendengar suara mobil di perbatasan  sedang menuju kemari. Adrina dan Ariana akan segera sampai.  Nessie sedang memainkan tongkatnya yang dia ayun-ayunkan ke arah pianoku, hingga warnanya berubah-ubah.
“Aku senang selama kau senang Nak.” Aku menjawab pertanyaan Nessie yang sengaja tidak di ucapkannya. Nessie tersenyum padaku kemudian mengeluarkan beberapa bungkus permen dari sakunya.
“Kau harus coba yang ini Dad!” Nessie mengulurkan permen itu padaku. Aku mengambil satu dan memasukkannya kedalam mulutku. Kurasakan sensasi yang beraneka macam dalamm mulutku. Aku tersenyum melihat Nessie yang tertawa riang melihat ekspresiku.

“Aku tak ingin Nessie pergi! Beauxbatons yang  memberikaan kesempatan Nessie untuk pulang lebih sering saja sudah membuatku muak, apalagi dengan Hogwarts yang hanya memberikan kesempatan tiga kali dalam setahun untuk pulang!” Rose kukuh tak memberi izin pada Nessie untuk pindah sekolah ke Hogwarts.
“Sebenarnya aku bingung, kenapa Nessie bisa terdaftar dalam sekolah-sekolah sihir itu. Ku rasa kau dan Edward tidak punya keturunan penyihir bukan?!” Esme memandang Bella.
“Tentu saja. kecuali…” Kalimat Bella terputus. Walau aku tak mampu membaca pikirannya, tapi aku tahu apa yang Bella pikirkan.
 “Kakekku pernah belajar sihir dari temannya. Adik perempuan ayahku menuruni sedikit bakat itu dari kakekku dan dia menikah dengan seorang laki-laki dari keluarga penyihir Diggory. Keturunan itu terus berlanjut hingga 4 generasi selama eksistensiku. Kemudian berhenti pada generasi Cedric Diggory yang tewas dalam turnamen Triwizard.” Aku menjelaskan sambil terus memainkan pianoku. Walau Bella, Rose, dan Esme berada di dapur, namun mereka mendengar semua perkataanku dengan jelas.
“Kenapa kau tak pernah menceritakannya Edward?!” Alice bersuara.
“Akupun baru mengetahuinya Alice. Aku dan Carlisle mencari tahu sesaat sebelum Nessie masuk beauxbatons.”
“Grandpa seorang wizard Dad?!” Nessie membelalak senang.
“Begitulah yang Dad tahu nak.” Ku pegang kedua pipi Nessie dan mencium keningnya.
“ Aku tak mau berpisah dengan Nessie lebih lama Ed!” Bella keluar dan menghampiri kami.
“Akupun begitu Bells, tapi hal ini tak dapat di cegah. Nama siswa-siswi Hogwarts tertulis dan terdaftar sendiri secara sihir berdasarkan garis keturunaan maupun kemampuan sihir sang anak. Nessie akan kembali Bella. Dia hanya akan menuntut ilmu selama 3 tahun lagi. Kita punya banyak waktu untuk meunggu bukan?” aku meraih kedua tangan Bella dan mengecup pipinya.
“Baiklah.” Bella mendesah pasrah.
“Kau setuju Bella?!” Sembur Rosalie.
“Kau dengar kata-kata Edward bukan?” ujar Bella.
Nessie berlari menghampiri Rose dan memeluknya kemudian Rose menyambutnya .
“Aunty Rose! Aku sayang sekali padamu! Kau ibu keduaku setelah mom Bella.” Nessie membenamkan wajahnya didada Rose.
“Akupun mencintaimu sayang, sangat! Bahkan sebelum kau keluar ke dunia ini. Terimakasih sayang.” Rose mencium rambut Nessie.
Aku senang melihat Rose yang sangat menyayangi Nessie. Nessie membawa kebahagiaan dan kedamaian dalam keluarga ini. Kurang dari 100 meter lagi mobil Ariana dan Adrina akan segera sampai. Kakak beradik itu ku adopsi 3 tahun lalu untuk menemani Nessie. Tapi ternyata setahun kemudian Nessie malah bersekolah di Beauxbatons.
“Hi semua kami pulang! “ teriak Ariana.
“Nessie!” Adrina berlari menghampiri Nessie dan memeluknya.
“Hi, Adri! Aku rindu padamu!” Nessie membalas pelukkaan adiknya.
“Aku juga!” sahutnya.
“Hi Nessie! Kau punya sesuatu yang baru? Perlihatkan padaku!” Ariana merangkul Nessie.
“Aku tak bisa melakkukannya disini.” Nessie memsang wajah seakan menyesal.
“Sayang sekalli.” Ariana Tersenyum jahil.
“Haha… kali ini aku serius, semakin meningkat tingkatanku, sihir yang kudapatkan semakin berguna dan serius bukan untuk main-main seperti “Wingardium Leviosa!” Nessie spontan mengayunkan tongkatnya dengan anggun kearah pianokku dann membuat pianoku melayang. Kemudian Nessie tesenyum padaku. Aku menyingkir dari pianoku mempersilahkannya untuk menganiaya salah satu benda kesayannganku itu. Sedetik kemudian Nessie melepaskan fokus tongkatnya dan membiarkan pianoku terjatuh  dari ketinggian 4 meter dari lantai. Seketika pianoku hancur lebur . semua mata memandang aku dan Nessie bergantian menuntut penjelasan.
Reparo!” Nessie mangayunkan kembali tongkatnya ke arah onggokan kerangka pianoku yang telah hancur lebur. Seketika piano itu kembali utuh seperti semula. Aku menyeringai pada Emmet.“Lihatlah Gadis kecilku!” tawa Emmet menggema di seantero ruang tengah.
“WoW Ness! Itu tadi keren sekali! Beisakah kau mengajariku?” Ariana bersemangat.
“Sepertinya tidak.” Nessie menjulurkan lidahnya.
“Uh Menyebalkan!” Ariana merengut.
“Aku mau ke Seattle  bersama Adrina dan Ariana  Dad, Bolehkan?” Tanya Nessie.
“Kau yakin kau yang akan mengemudi?” Tanyaku. Walaupun refleks dan kemampuan Nessie tentu lebih baik dari Ariana, tetap saja Nessie baru bisa mengendarai mobilnya. Aku masih khawatir, tapi aku tahu anakku. Dia gadis yang cerdas.
“Tentu.” Jawabku.
“Apa?! Kau yang akan mengemudi?! Oh aku belum mau  mati Nessie!” Ariana membelalakkan matanya.
“Tenanglah Kak! Nessie akan jauh lebih baik mengemudikan lamborghininya dibandingkan kau!” Adrina berlari kebalik punggung Nessie mencari perlindungan dari serangan kakaknya.
“Apa?! Lamborghini?! Milikku?” Nessie membelalakan matanya. Oh Adrina telah membuka mulut soal hadiahku untuk Nessie. Jadi sekalian saja.
“Dad membelikaan lamborghhini untukmu nak.” Aku melempar kuncinya dan Nessie menangkapnya dengan tangkas.
“Oh! Thank you Dad!” Nessie berlari dan memelukku.
“Kita akan pindah ke London malam ini anak-anak, jadi bersenang-senanglah.” Carlisle turun dari ruang kerjanya.
“APA?!” teriak Adrina dan Ariana bersamaan.

To Be Continued….






Lizzy’s Diary



Hari ini langit bersinar cerah, aku memutuskan untuk keluar rumah merayakan birunya langit yang cukup jarang dpt kunikmati, paling tidak selama aku masih bermukim disini...Aku keluar rumah dengan berjalan kaki menuju taman dekat rumahku. Ternyata disana benar2 ramai, seperti perkiraanku. Banyak keluarga yg berpiknik dan remaja yg bersenang2. Aku berani bertaruh tak seorangpun *kecuali orang aneh* yang akan melewatkan hari cerah ini tanpa keluar rumah..Sesampainya di taman aku duduk di salah satu bangku di taman sambìl menunggu temanku. Ketika itu ada seorang cwo yang menatap tajam padaku, kulitnya coklat, tubuhnya besar dan kekar, wajahnya juga manis. Namun dia kelihatannya seperti orang frustasi. Awalnya aku merasa tidak enak di pandangi seperti itu olehnya, tapi sedetik kemudian aku membalas tatapannya dengan tatapan tertarik. Aku sempat berfikir dia juga tertarik olehku - dan mungkin saja kami bisa bersama. Tapì kemudian cwo itu mengalihkan pndangan'y dan trus berjalan, wajahnya tampak sangat putus asa.
Aku tidak melepaskan pandanganku terhadapnya. Cwo itu terus berjalan putus asa ke arah sebuah mobil, lalu bersandar di kap mesinnya sambil memainkan kuncinya. Mobil itu begitu mewah! Kurasa itu adalah Aston Martin Vanquish... Aku cukup mengerti tentang mobil. Aku agak tidak percaya kalau itu mobil miliknya, aku sempat berfikir mungkin saja mobil itu adalah mobil curian.. Tapi apakah dia adalah seorang pencuri?? Memang rasanya sulit mempercayai cwo dgn penampilan berantakan seperti dirinya adalah pemilik mobil mewah itu, tapi wajahnya sama sekali tidak mencerminkan bahwa dirinya adalah orang jahat...
Aku memutuskan untuk menghampirinya.. "Hei, kau baik-baik saja? Halo? Hei kau, yang membawa mobil curian." tegurku agak kesal karena dia tak mengacuhkanku. Dua detik setelah aku menegurnya dia baru mengangkat kepalanya. Ia memandangiku lagi-entah apa yg di fikirkannya.
"kalau kau menyesal telah merampok mobil itu, kau bisa kok menyerahkan diri." saranku sambil tersenyum.
Ini mobil pinjaman, bukan curian!" bentaknya.
"Tentu itu alasan yang cukup kuat untuk diajukan di persidangan." timpalku menggodanya.
"Kau perlu sesuatu?" tanyanya melotot.
"Tidak juga. Aku hanya bercanda soal mobil itu, tahu. Hanya saja,, kelihatannya kau sangat kalut. Oh, hei, namaku Lizzie." aku memperkenalkan diri dan mengulurkan tanganku, tp cwo itu hanya diam memandangi tanganku, lalu ku tarik kembali tanganku.
"Omong-omong... Aku hanya penasaran, siapa tahu aku bisa membantu. Kelihatannya kau tadi mencari seseorang" aku menunjuk ke taman.
"Yeah.. Aku tak butuh bantuan. Dia tidak ada di sini"
"Oh. Aku prihatin." ujarku.
"Aku juga.." gumamnya.
Kemudian dia memandangiku lagi.
"Ini mobil yang bagus sekali, sayang sekarang sudah tidak diproduksi lagi. Maksudku, model bodi Vantage memang keren, tapi rasanya ada yang lain dengan Vanquish.." aku memulai lagi.
Cwo itu masih saja memandangiku dan berkutat dengan fikirannya sendiri-entah apa yg membanjiri fikirannya sekarang.
"Bagaimana rasanya mengendarai mobil ini?" tanyaku
"Kau tidak bakal percaya." jawabnya.
Aku tersenyum puas karena akhirnya bisa membuatnya berbicara lagi dan meresponku dengan beradab. Diapun membalas senyumku. Jujur aku berharap kalau dia
"Sebaiknya ku kembalikan mobil ini kepada orang yang meminjamkannya." gumamnya.
"Senang mendengarmu mau bertobat." aku tersenyum.
"Yeah kau berasil meyakinkanku." jawabnya.
Sejujurnya aku berharap dia mau mengajakku berkeliling dengan mobil itu, tapi sepertinya cowok yang sampai sekarang tidak kuketahui siapa namanya itu begitu tidak berselera untuk bersenang-senang sekarang. Kemudian dia masuk ke dalam mobil dan aku terus memperhatikan dia hingga mobilnya sudah jauh dan tak terlihat. Aku khawatir terjadi sesuatu apabila dia mengemudi sendirian dalam keadaan kalut seperti itu...
Mobil Aston Martin itupun lenyap dari pandanganku bersama pengemudinya....

Talk To The Moon #part 6


Jacob’s  POV



            Aku berlari menjauh menuju kearah Barat meninggalkan kawananku, aku berniat bertransformasi kembali menjadi manusia dan menghadiri pernikahan nessie. Aku mendengar Leah mengajak Whitney pergi, aku tidak memedulikan apapun yang sedang direncanakan oleh Leah. Aku terus berlari dan hampir sampai di gereja tempat Nessie akan melangsungkan upacara pernikahan terkutuknya itu. Kudengar Seth mengikutiku di belakang. Aku bemperlambat lariku dan berubah kembali menjadi manusia, ku kenakan pakaianku seadanya, hanya T-Shirt kusut dan celana panjang belel. Aku berjalan perlahan menuju gereja tanpa memedulikan lolongan rendah seth dibelakangku. Sepertinya dia akan tetap disana untuk mengawasiku.

            “Jacob?!” seru Bella ketika melihatku datang.

“Hi Bells... “ kupaksakan senyumku keluar, aku tau benar bella pasti mengenali senyum palsuku ini. Edward dan keluarga Cullen lain sengaja berpura-pura tidak memperhatikan kehadiranku dan pembicaraan antara aku dan Bella.

“Kenapa kau datang sendiri sebagai manusia hah?!” bisik Bella. Aku tak mengerti apa maksudnya. Apa dia mau aku datang ke pernikahan putrinya sebagai serigala berserta kawananku?!”

“Apa maksudmu?” tanyaku bingung.

“Kenapa kau tak membawa serta kawananmu kesini dan mengacaukan semuanya?!” tuntut Bella.

“Kau ingin aku melakukannya?” mataku membelalak.

“Tentu saja!” Bella mengerutkan keningnya.

“Bella!” panggil Edward. Bella kemudian meninggalkanku dan menghampiri Edward. Sebelum pergi ia mengedipkan sebelah matanya padaku.





Heidi’s POV



            Aku, Chelsea, dan Demetri di utus oleh tuan aro untuk datang duluan dari mereka, Aro memerintahkan kami untuk memantau sekaligus mengamankan keadaan di gereja. Chelsea-lah yang paling dominan dalam rencana ini. Tuan  Aro telah mengutus Chelsea untuk mencuci otak Nessie dan membuatnya terikat dengan Alec. Rencana ini bahkan bukan hanya  berjalan mulus, tapi juga sempurna. Bagaimana tidak? Rencana awal aro dan chelsea yang hanya ingin membuat Nessie terikat dengan Alec malah berbuah ganda dengan perasaan benci nessie pada Jacob. Bahkan Chelsea pun tak menyangka akan sekuat itu efeknya.

            Aku ditugaskan untuk mengalihkan perhatian para tamu manusia yang akan hadir pada upacara pernikahan nanti, tujuannya agar para manusia itu hanya memperhatikan aku daripada memperhatikan Aro dan pengawal volturi lainnya yang tidak terlihat seperti manusia. Selama ini mereka semua terisolasi di dalam kastil voltera dan hampir tidak pernah berinteraksi dengan mereka selain pada saat makan. Jadi diantara anggota volturi hanya aku dan demetri lah yang paling bisa membaur dengan manusia. Bahkan aku bisa mengendalikan dahagaku sebaik pengendalian keluarga Cullen walau aku meminum darah manusia.

            Chelsea menghampiri Nessie dan terus mendampinginya hingga Aro, Jane, dan Alec datang. Dia terus mempengaruhi Nessie dari dalam dan luar. Dari kata-kata manisnya dan juga dari fikirannya. Kelihatannya keraguan Nessie  yang sempat menggelayut difikirannya tadi sudah musnah dan berganti dengan keyakinan yang kuat. Ku lihat werewolf itu terus memandang tidak suka kearah kami. Kami semua benar-benar berusaha menutup fikiran kami agar tak terbaca oleh Edward.





Edward’s POV



            Alec telah berdiri dialtar. Aku bingung tak ada apapun di dikiran seluruh anggota Volturi. Namun Jasper merasakan kegelisahan yang terpancar dari perasaan Alec, namun seperti yang lain, pikiran alec kosong. Aku merasa ada yang tidak beres.

“Sepertinya ada yang mereka sembunyikan.” Bisikku pada Bella.

“Apa itu?” Bella terkesiap.

“Aku tak tahu, tapi jazz menangkap kegelisahan Alec sedangkan semua keluarga Volturi termasuk Alec  seperti sengaja mengosongkan pikiran mereka.” Jelasku panjang lebar. Bella memandangku shock.

“Tenanglah bella......”

“Ayo dad! Kau harus mengantarkanku pada mempelai priaku sekarang, dia telah menungguku! Renesmee menarik tangankku. Ku tuntun Renesmee dengan perlahan bersiap menyerahkannya pada Alec. Aku membaca 1001 cara yang dipertimbangkan oleh Jacob dalam pikirannya ketika aku dan Renesmee melewatinya. Kini wajahnya bukan lagi wajah mayat hidup, kini ada secercah harapan dalam kilat matanya. Jacob sedang menimbang-nimbang mana rencana yang akan diambilnya. Kini aku dan Renesmee sudah sampai di depan altar. Aku bersiap memindahkan tangan putriku dari tanganku ke tangan Alec. Aku merasakan kegelisahannya yang semakin menjadi-jadi melalui pikiran Jasper. Detik itu juga aku melihat sekelebat visi.... Renesmee disekap di kastil voltera dan menjadi permaisuri tahanan seperti Sulpicia dan Athenodora. Bella, Aku, dan Alice menjadi bagian dari mereka, senyum kemenangan tersungging di wajah Aro. Kesedihan menyelimuti wajah Renesmee..... tubuhku bergetar hebat karena amarah yang tiba-tiba mengalir dan menguasai diriku. Visi Alice terlihat begitu nyata dan tiba-tiba. Setelah lama ia buta, kini dia dapat melihatnya dengan jelas. Kutarik kembali tangan putriku dan membawanya kembali ke Bella.

“Dad! Apa yang kau lakukan?! Apa kau sudah gila?!” jerit Renesmee.

“Diam Nessie, kau tak tau apa yang sedang terjadi!” bentakku. Kuhampiri Alice. Matanya kosong dan terus menerawang.

“Edward! Apa yang terjadi?” panggil Aro dari balik punggungku. Aku mengacuhkannya dan langsung menarik Renesmee kearah Jacob dengan kecepatan manusia agar semua tamu tidak curiga.

“Jalankanlah semua rencana busukmu yang sejak tadi kau rencanakan! Panggil kawananmu dan bawalah renesmee...” ku keluarkan kalimat itu dengan menggeram. Aro dan anggota volturi termasuk semua vampire yang hadir dapat mendengar geramanku.

“Dad!!!” Bentak Nessie.

“Edward kawanku... apa yang kau perbuat?” tanya Aro dengan lembut.

Hancur sudah semuanya! Apa yang dia tangkap?! Pikiran Alec akhirnya meledak dan semua rencana mereka terpampang jelas dalam pikirannya. Semua itu cukup untuk menjelaskan padaku musibah apa yang hampir melanda keluargaku. Ku kepalkan tanganku.

“Cukup sudah Aro! Aku dan Alice sudah melihat semuanya, dan aku berubah pikiran untuk merestui putriku menikah dengan anak emasmu! Jadi kurasa semua cukup. Dan nessie sudah punya jacob dalam hidupnya.” Jelasku datar menahan emosi yang bergejolak hebat dalam diriku.

“Teganya kau Edward..” Aro memasang wajah malaikat. Dia harus menjaga sikapnya didepan manusia-manusia ini. Semua tamu menonton kami dengan bingung sekaligus tertarik.

 Heidi berdiri kemudian mengambil alih perhatian tamu dengan keterampilannya. Dia mengarahkan para tamu untuk pindah ke aula belakang gereja. Entah bagaimana caranya dia dapat begitu mudahnya mengatur manusia-manusia itu untuk mengikuti tuntunannya. Kini aula altar gereja sudah kosong hanya tinggal keluargaku, jacob, dan keluarga Volturi.

“Kau berencana memanfaatkan kami, kau masih menyimpan ambisimu pada aku, alice, dan bella.”  Kuterangkan kembali semua visi alice dan pikiran alec.

“Bagamana kau bisa mengira begitu Edward?” tanya Aro.

Tentu saja, alice telah melihat semuanya, dan etah mengapa anak emasmu itu tak kuasa menahan bebannya sehiungga tak sengaja mengeluarkan semua pikirannya dan menjelaskan semuanya padaku.” Aro menatap Alec yang tertunduk.

“Arrrghhh!!” jerit Renesmee.

“Jane!” geramku menerjang Jane yang berada didekat Demetri. Demetri menghalangiku dan melemparku ke tembok besar dekat Bella.

“Tidak!” jerit Bella langsung menghampiriku. Jane berbalik berusaha menyerangku, tapi aku tak merasakan apapun. Pikirannya dan pikiranku langsung tertuju pada Bella. Detik itu juga jane mengalihkan serangannya kembali pada Renesmee. Tapi tak terdengar apapun dari renesmee. Jacob memeluknya erat. Pasti bella telah melebarkan perisainya untuk melindungi renesmee juga.

“Cukup Jane!” geramku. Semua keluargakku memasang kuda-kuda. Pada saat itu juga heidi datang krmbali dengan pasukan Volturi.

“Kau sudah merencanakan semuanya. Tapi kami tidak bodoh Aro. Sebagai pengatur pemerintahan seharusnya kau melakukan hal yang benar.” Carlisle angkat bicara.aro tertawa renyah mendengar ucapan carlisle.

“Aku tak ingin terjadi peperangan Aro, jadi kumohon pergilah dan tinggalkan kami dengan damai.” Carlisle melanjutkan.

Aku mendengar suara bising yang menuju kemari. “Kalian jangan gegabah, jangan berbuat nekad yang dapat memicu pertarungan! Selama mereka bisa berlaku dengan beradab kita juga harus melakukan hal yang sama”. Titah sang Alfa.

“Dan tetaplah waspada!”  Paul menambahkan.

“Tetaplah disampingku Whitney!” Leah mengingatkan Whitney.

            Kawanan San dan Jacob datang. Leah dan Whitney mengumpulkan mereka semua, bagus! Sekarang kami seimbang. Pikirku. Langkah mereka semakin mendekat,tapi langkah mereka berubah menjadi ringan. “Kawanan datang dalam wujud manusia.” Bisikku pada keluargaku dan aku tahu semua yang ada di gereja dapat mendengarku. Kawanan datang dengan wujud manusia agar dpt masuk ke gereja tanpa masalah. Dan mereka telah berencana berubah kembali menjadi serigala dalam gereja sekalipun jika diperlukan.

“Lebarkan perisaimu Bella!” bisikku pada Bella.

Sam melangkah masuk diikuti yang lainnya kedalam gereja. Aro menimbang-nimbang keputusan yang akan dibuatnya.