Hari ini Hogwarts mulai kembali sibuk. Tahun ajaran baru
telah dimulai, para siswa masih sibuk di asramanya masing-masing untuk
membereskan barang-barang bawaan mereka. Seorang anak laki-laki berambut hitam
lurus tingkat empat sibuk mondar-mandir di ruang bawah tanah asrama Slytherin
mencari barang miliknya yang lupa ia letakan dimana. Sedangkan temannya yang
berambut pirang platinum hanya melirik sesekali dan memutar bola matanya,
kemudian melanjutkan bacaan bukunya.
Di
ruang rekreasi Gryffindor suasana tidak berbeda, sama seperti asrama lainnya,
bahkan lebih berisik. Seorang gadis berambut merah tingkat empat sedang
merapikan buku-buku bawaannya dari koper yang dibawanya ke rak kecil disamping
lemarinya. Tak jauh dari sana duduk seorang anak laki-laki tingkat enam didepan
perapian ruang rekreasi. Anak laki-laki itu sibuk dengan perkamen lusuh yang
sedang dipegangnya. Ia nampak sangat asik seperti sedang menyaksikan suatu
pertunjukan seru seperti yang ada di layar televisi Muggle. Sang gadis yang
melihat kelakuan anak laki-laki itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Apa yang sedang kau intai kali
ini James?” Gadis berambut merah itu menghampiri sang anak laki-laki.
“Aku tidak sedang mengintai kali
ini Rose, aku sedang memantau adik-adik kita.”
“Pasti sekarang mereka masih di
sekoci menuju kastil kan?” Rose duduk disamping James.
“Ya, mereka masih di danau bersama
Hagrid dan siswa kelas satu lainnya. Lihat sekoci itu Rose!” James menunjuk
sekumpulan nama yang berhimpitan di sudut kanan peta perompak yang sejak tadi
di intainya. Peta itu ia dapatkan dari ayahnya, Harry Potter. Mata Rose
mengikuti arah yang di tunjuk oleh James pada perkamen itu.
“Ada apa dengan Mereka?” Rose
mengalihkan pandangannya pada James.
“Bukan! Bukan Mereka! Tapi hanya
satu! Nama itu! Renesmee Carlie Cullen. Aku tak pernah mendengar atau menemukan
marga Cullen dalam buku sejarah sihir yang pernah aku baca. Ayahku juga tak
pernah bercerita bahwa ada siswa Hogwarts yang bermarga Cullen.
“Mungkin dia keturunan pure muggle seperti ibu Scorp.” Rose mengangkat bahu.
“Ya, mungkin.” James mengangkat
bahunya. “Keonaran telah terlaksana, Nox.”
James melipat perkamennya dan menyelipkannya ke saku jubahnya.
“Mereka
akan segera sampai, mari kita ke aula besar.” James berdiridan berjalan keluar ruang Rekreasi menuju aula besar diikuti Rose.
Aula
besar telah di penuhi oleh siswa-siswa dari semua asrama dari tingkat dua
hingga tingkat tujuh. Hingga tiba saat Hagrid menggiring anak-anak kelas satu
menuju podium didepan meja panjang guru dan kepala sekolah. Topi seleksi telah
di siap di temptnya.
Prof. McGonnagall memanggil nama
setiap anak satu persatu untuk di seleksi.
“Kendra MacAvoy… Hufflepuff!” Seru
Shorting Hat. Terdengar tepuk tangan keras dari meja Hufflepuff.
“Jefferey Zabini… Slytherin!” Teriak
Shorting Hat. Disambut dengan sorakan dari meja Slytherin.
“Lily Potter… Hmm,, amat sangat
mudah, tidak seperti ayah dan kakak laki-lakinya yang kedua… (tiba-tiba semua
orang menoleh kearah Albus Potter di meja Slytherin) GRYFFINDOR!!” seru
Shorting Hat. Sorak sorai berkumandang dari meja Gryfindor. Wajah Lily
berseri-seri menuju meja Gryffindor.
“Hugo Weasley…. Gryffindor!”
Kembali Gryffindor bersorak.
Seleksi
terus berlanjut, nama-nama terus bergulir
satu persatu. Hingga disaat seluruh siswa kelas satu telah mendapatkan tempat mereka, Prof. McGonnagall
kembali memanggll sebuah nama yang amat sangat asing di telinga para penyihir.
Seluruh siswa yang mengira proses seleksi telah selesai, kembali mengalihkan
perhatian mereka kearah podium. “Renesmee
Carlie Cullen” Panggil Prof. McGonnagall.
Sebuah
langkah kaki anggun berjalan dengan teratur dari arah pintu utama aula besar
menuju tempat Prof. McGonnagall berdiri. Setiap ketukan sepatu yang bergesek
dengan lantai batu aula besar membentuk satuan-satuan nada bagai alunan musik.
Semua mata termasuk para professor memandang takjub kearah sang pemilk langkah
kaki tersebut, Prof, McGonnagall tesenyum lebar menyambutnya.
Terlihat
di meja Slytherin Albus Potter melongo membuka mulutnya lebar-lebar, temannya
Scorpius Malfoy yang merasa malu dengan kelakuan sahabatnya kemudian menutup
mulut Albus dengan mendorong rahangnya hingga menutup, Al menyeringai pada
Scorp, lalu Scorp memutar bola matanya.
Dari meja
Gryffindor terlihat Hugo Weasley yang sejak tadi sibuk menyisir semua makanan yang
tersedia di meja panjang Gryffindor tiba-tiba menghentikan kegiatannya dan
melongo dalam keadan mulut yang masih penuh dengan makanan yang belum selesai
dikunyahnya. Sang kakak, Rose Weasley berbaik hati melakukan hal yang sama pada
adiknya, seperti yang dilakukan oleh Scorp pada Al. James terbahak-bahak
melihat kelakuan kedua sepupunya itu. Lily Potter sibuk memperhatikan gadis
yang mencuri perhatian setiap orang itu dengan seksama. Gadis itu begitu
cantik, wajahnya yang begitu Indah seperti malaikat terbingkai sempurna oleh
rambut perunggunya. Kulitnya amat sangat putih. Gadis itu melenggang anggun
dengan senyuman yang benar-benar menawan.
Prof.
McGonnagall mempersilahkan gadis itu untuk duduk di kursi seleksi. Gadis itu
tersenyum dan mengangguk hormat pada Prof. McGonnagall sebelum akhirnya duduk.
Kemudian Prof. McGonnagall meletakan topi seleksi di kepala gadis itu. Seketika
aula besar sunyi, tak ada suara sedikitpun. Suasana tiba-tiba seperti pemakaman
Godric Hallows. Bahkan mungkin sedikit gesekan jubah akan menimbulkan bunyi
yang dapat terdengar oleh sejumlah orang.
Suasana
terus sunyi untuk beberapa detik hingga akhirnya terdengar sebuah gumaman kecil
dari arah Shorting Hat. “Hmm… cukup rumit.
Renesmee Carlie Cullen… seorang pemberani Gryffindor sekaligus seorang genius
Ravenclaw, Menarik… ini benar-benar sulit… tiga pilihan…sangat jarang terjadi.
Kau sangat pasrah nak, bahkan Harry Potter memiliki pillihannya sendiri, tapi
kau .. kau sangat bersedia menerima dimanapun kau di tempatkan. Tidakkah kau
ingin memilih nak?” Topi Seleksi menawarkan, sangat tidak biasanya.
Renesmee
mengedarkan pandangannya, kemudian pandangannya berhenti di meja Gryffindor.
Terlihat Rose tersenyum manis dan melambai kearahnya. Renesmee membalas senyumnya
dan kembali mengedarkan pandangannya kemudian kembali pandangannya berhenti,
kali ini di meja Slytherin. Ia melihat setiap mata tajam para Slytherin yang yang
memandang kearahnya.
”Ya, kurasa aku akan memilih
Slytherin?” Renesmee berkata dengan nada bertanya bukan seperti pernyataan.
Ia mengeluarkn suaranya yang merdu
bagaikan lonceng. Scorpius yang sejak tadi sibuk mengunyah sandwichnya dan
tidak memdulikan gadis yan menyita banyak perhatian itu tiba-tba tersedak saat
mendengar suara gadis itu keluar dari bibir mungilnya. Sontak gadis itu
mengarahkan pandangannya pada Scorp, Scorp langsung salah tingkah saat bertemu
pandang dengan Renesmee. Ia membersihkan mulutnya dengan serbet. Albus
menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu “Oh ayolah Scorp! Aku tahu suaranya memang
indah, tapi hati-hatilah! Jangan sampai kau mati tersedak hanya karena
terpesona mendengar suara seorang gadis.” Kata Albus dengan polosnya.
“Bukan itu bodoh! Aku tersedak
karena kata-katanya! Dia ingin masuk slytherin, padahal pilihannya hanya dua,
dan tidak ada slytherin didalamnya!” Bisik Scorp sambil emosi dan gemas karena
kata-kata sahabat slytherinnya itu.
Renesmee terkikik kecil seperti
bisa mendengar percakapan antara Scorpius Malfoy da Albus Potter.
“Tapi kau tak memiliki unsur slytherin sama sekali dalam dirimu nak.” Ujar
Shorting Hat.
“Ya, maaf. Err…. Mungkin aku akan
masuk Gryffindor.” Renesmee tersenyum lebar sambil menangkat sebelah alisnya.
“hmm… GRYFFINDOR!!” Teriak Shorting Hat.
Meja Gryffindor kembali bersorak
sorai menyambut kedatangan anggota baru mereka. Renesmee berdiri dan berjalan
menuju meja Gryffindor sambil terus tersenyum. Dia segera menghampiri Rose
Weasley yang sedang melambai-lambai padanya, mengisyaratkannya untuk bergabung
dengannya.
“Hei, Silahkan duduk.” Rose mempersilahkan
Renesmee untuk duduk di kursi kosong disampingnya.
“Terima Kasih.” Renesmee duduk
disamping Rose.
“Perkenalkan aku Rose Weasley, dan
ini adikku Hugo.” Rose merangkul adikknya.
“Aku James Potter dan ini adikku
Lily Potter.” James menyusul kalimat Rose.
“Aku Renesmee Carlie Cullen.
Kalian bisa memanggilku Nessie.”
“Okay Nessie, jadi sebenarnya kau
ini berasal darimana? Sepertinya kau bukan daari Britania ya?” James langsung
menginterogasi.
“Ya, tepat sekali. Aku berasal
dari sebuah kota kecil di Washington Amerika.”
“Jadi kau pindahan dari mana?”
Tanya Lily.
“Beauxbatons.” Jawab Nessie.
“Apa kau akan satu tingkat dengan
kami? Tanya Hugo dengan wajah polosnya.
Renesmee tersenyum sebelum
menjawab “Tentu saja tidak, aku akan langsung masuk tingkat empat.”
“Wah! Berarti kita akan sekelas!”
Seru Rose sumringah.
“Kau angkatan ke empat?” Tanya
Nessie.
“Ya, dan kau lihat dua anak disana
yang tadi sempat membuat ribut sedikit saat proses seleksimu berlangsung?” Rose
mengedikkan dagunya kearah meja Slytherin tepatnya kearah Scorpius dan Albus
yang juga sedang memandanginya lagi. Albus lantas melambai pada gerombolan
saudara dan sepupu Gryffindornya, sedangkan Scorp langsung berpura-pura melihat
kearah lain. Tapi reflex Nessie sangat cepat dan dia sudah lebih dulu menangkap
basah Scorp yang sedang memperhatikannya, walaupun Scorp sudah mengelak dengan begitu
cepat. Nessie terkikik melihat kelakuan kedua anak Slytherin itu.
“Kenapa Nessie?” tegur Rose
bingung.
“Ah? Tidak, hanya kelakuan mereka
sejak tadi menurutku… lucu…” Nessie tertawa lepas. Suara tawanya berdentang
merdu seperti lonceng. James memandangnya takjub.
“Err, ya mereka memang suka
melakukan hal-hal bodoh!” Rose tertawa sambil memutar bola matanya.
“Oh ya, tadi kau mau bilang apa
tentang mereka?” Nessie mulai bersemangat.
“Whoa! Sepertinya kau menyukai
mereka ya?!” Hugo maracau dengan mulut penuh dengan pie.
“Haha… Ya! Tentu saja! Sepertinya
mereka menyenangkan.” Nessie menjawab jujur.
“Mereka itu Albus Potter dan Scorpius Malfoy. Al yang tadi melambai
kemari adalah sepupu kami sekaligus adik James dan kakak Lily. Sedangkan yang
di sebelah kirinya adalah Scorp.” Rose menjelaskan panjang lebar.
“Wow! Kalian bersaudara? Pasti
menyenagkan bukan?!”
“Ya, tentu” James angkat bicara.
“Semua keonaran dapat terlaksana
dengan kerjasama keluarga besar.” James tersenyum jahil dan mengedipkan sebelah
matanya. Nessie menyeringai pada james dan mengangkat sebelah alisnya.
Aula
besar masih belum sepenuhnya terisi oleh siswa yang sarapan. Namun Rose,
Nessie, Hugo, dan Lilly telah duduk di meja panjang Gryffindor untuk mengisi
perut mereka sebelum kembali beraktifitas. Tak lama James, Albus, dan Scorp
datang dan bergabung. Albus menyeret Scorp untuk bergabung di meja Gryffindor.
“Selamat Pagi.” Seru James
mengambil tempat kosong disamping Lily.
Albus duduk disamping Hugo, namun
Scorp masih belum mau duduk.
“Oh ayolah Scorp! Duduklah sebelum
bel berbunyi dan memaksamu menuju kelas bahkan sebelum kau sempat menyentuh
sarapanmu!” Al menarik Scorp dan mendudukannya di kursi kosong sebelah Nessie.
Scorp mendelik pada Al dan dibalas dengan seringaian dari Al.
“Hi,, kita belum berkenalan bukan?
Aku Albus Potter.”
“Hi, aku Renesmee Carlie Cullen.
Dan kau?” Nessie menoleh kesamping kirinya, tempat Scorp sedang melamun. Ia tak
menyadari Nessie sedang bertanya padanya.
“Scorp?!” Albus melambai-lambaikan
kedua tangannya didepan wajah Scorp. Kemudian Nessie mengguncangkan sedikit
bahu Scorp, seketika Scorp gelagapan mendapati wajah Nessie begitu dekat berada
disampingnya.
“Kau baik-baik saja?” Tanya
Nessie.
“Ya.” Jawab Scorp singkat.
“Tadi Nessie menanyakan siapa
namamu?” Al menahan tawa melihat ekspresi sahabat Slytherin-nya itu.
“Aku Scorpius Malfoy.” Jawab Scorp
dengan acuh tak acuh.
“Aku Renesmee Cullen. Panggil saja
aku Nessie.” Renesmee tersenyum sangat manis.
“Hei Ness, aku tak pernah
mendengar tentang keluarga Cullen sebelumnya.” Albus memulai pembicaraan.
“Ya, aku lahir di sebuah kota
kecil di Washington Amerika. Keluargaku memang bukan keluarga penyihir, ibuku
seorang muggle biasa. Tapi ayahku memang
masih memiliki hubungan saudara jauh dengan keluarga Diggory.”
“Oh ya?! Cedric Diggory?!” Al
membelalak.
“Ya. Cedric Diggory, sang pemenang
turnamen Triwizads bersama Harry Potter.. ayahmu.”
“Kau di beauxbatons sejak tahun pertama?”
Tanya Rose.
“Tidak. Aku baru masuk Beauxbatons
dua tahun yang lalu, aku langsung ditempatkan dikelas 2 saat masuk. Entahlah..
yang jelas mereka terlambat menyadari bahwa aku adalah seorang penyihir. Aku
mendapat surat panggilan dari beauxbatons saat aku berusia 12 tahun. Saat itu
aku masih sekolah di sekolah muggle di Phoenix.”
“Wow! Kau bahkan langsung masuk tingkat 2 ditahun pertamamu!” Sembur Hugo
dengan takjub. Scorpius mendengus mendengarnya. Nessie melirik Scorp sambil
mengerutkan alisnya.
“Jaga sikapmu Scorp!” tegur James.
Kemudian bel berbunyi.
“Kau ada kelas ramuan pagi ini kan
Nessie?” Tanya Rose.
“Ya, apa kau juga?” Nessie dengan
cepat mengemasi buku-bukunya.
“Tentu, sebaiknya kita bergegas!
Prof. Heidi bisa memberi kita detensi kerena terlambat masuk kelasnya! Kalian
juga sebaiknya bergegas Al dan Scorp!” Rose menarik tangan Nessie dan segera
berjalan cepat menuju kelas ramuan.
Prof.
Heidi baru saja selesai menyiapkan bahan-bahan ramuannya saat Rose dan Nessie
tiba. Beruntung mereka datang tepat waktu. 1 menit kemudian Al dan Scorp tiba
di kelas dengan terengah-engah.
“Duduklah! Potong 2 point untuk
Slytherin.” Prof. Heidi bicara tanpa melirik sedikitpun kearah Scorp maupun Al.
Kedua anak Slytherin itu membelalakan mata mereka masih shock mendapat potongan
point setelah berlari sepanjang koridor menuju kelas ramuan yang berada di ruang
bawah tanah.
“Baiklah,, buka halaman 465.
Disana ada pembahasan mengenai Shrinking Solution, aku mau kalian membaca
baik-baik panduan dalam pembuatan ramuan itu. Kuberi waktu selama lima belas
menit. Sementara kalian membaca, aku akan menyiapkan bahan-bahan ramuan ini.
Buatlah kelompok yang terdiri cukup dari dua orang saja. Setelah selesai kalian
akan langsung mempraktekanya. Aku akan menyediakan setiap bahan dimejaku,
kalian harus mengambil dan menakarnya sendiri. Ingat! Kesalahan dalam penakaran
akan membuat hasil ramuanmu gagal. Jadi pahami baik-baik dan telitilah. Aku tak
akan memberi penjelasan apapun sebelum praktek ini selesai. Aku ingin tahu hasil
kerja kalian murni dari pemahaman kalian. Selamat Bekerja.
Selama lima belas menit kelas
sunyi….
“Baiklah anak-anak.. kalian bisa
maulai sekarang. Ambillah bahan-bahan yang kalian perlukan di mejaku secukupnya.
Maju perkelompok dimulai dari kursi Mr. Newton.” Prof. Heidi memberi instruksi.
Setiap kelompok maju satu persatu
kedepan untuk mengambil bahan-bahan ramuan mereka untuk membuat Shrinking
Solution.
“Waktu kalian satu jam dimulai
dari sekarang.” Prof, Heidi berbalik dan kembali ke mejanya.
“Kau potong ulat bulu-nya setelah
selesai, urus jus lintahnya, biar aku yang menguliti Shrivelfig dan memotong
akar daisy-nya.” Scorp mulai membagi tugas.
“APA?! Enak saja! masa aku
mengurus semua yang menjijikan itu sendirian lalu kau memilih tugas yang
mudah?!” Al protes dengan suara keras.
“Mr Potter! Apa kau ada masalah?!”
Tegur Prof. Heidi.
“Maaf, Tidak Professor.”
“Tolong jangan ribut di kelasku,
atau kau bisa keluar.”
“Yes Professor.” Albus mengangguk
dan melirik Scorp yang sedang mendelik padanya.
“Kenapa?! Kau yang salah! Kau
tidak adil membagi tugas! Aku tak mau melakukan itu semua sendirian!” Desis
Albus.
Rose menghampiri dua sahabatnya itu “Kalian
benar-benar seperti anak kecil!” Bisiknya.
“Albus! Kau yang memotong akar
daisy dan ulat bulunya! Dan Scorp, cobalah untuk adil! Jangan egois! Sebaiknya
kau yang menguliti Shrivelfig-nya dan membuat jus lintahnya.” Rose memberikan
saran.
“Dasar cewek bawel!” dengus Scorp.
“Apa kau bilang?!” Rose berbalik.
“Cewek bawel!” Ulang Scorp.
“Kau…..!” desis Rose tertahan.
“Sudahlah Rose.” Bisik Nessie
sambil menarik Rose kembali ke mejanya.
“Oke, aku akan memotong makhluk
menjijikan ini… bahkan kau tidak lebih parah dariku dengan hanya mengoyak
Lintah itu hingga berubah bentuk menjadi lendir yang lebih menjijikan.”
“Diam Kau!” desis Scorp.
Seluruh
siswa mulai bekerja, terjadi ledakkan kecil-kecilan beberapa kali karena
kesalahan dalam penakaran bahan-bahan.Rose dan Nessie bekera sama dengan baik.
Keduanya siswi yang cerdas dan ketelitian mereka sepertinya akan memberikan
kesuksesan dalam pembuatan ramua penyusut ini.
“Masukan akar daisy itu Al!”
Perintah Scorp, kemudian Al memasukkan akar daisy yang telah dipotongnya ke
kuali. Lalu Scorp memasukan Shrivelfig yang telah ia kuliti.
“Apa sebaiknya aku memasukkan
potongan ulat buluntya sekarang?” Tanya Al.
“Tunggu sebentar, sebaiknya kita
tunggu lima menit dulu.” Scorp memandangi kualinya.
“Tapi sepertinya tadi tidak ada
instruksi untuk menunggu saat akan memasukkan ulat bulunya.”
“Yeah, tapi tak ada salahnya
antisipasi bukan!” Scorp mengangkat bahu.
“Sudah lima menit sejak aku
menanyakannya tadi.” Albus langsung memasukkan ulat bulu yang tadi telah
dipotongnya tanpa aba-aba. Scorp Memandang Al dengan tatapan siap membunuh, Al
membalasnya dengan seringaian khasnya.
“Bodoh sekali kau Al!” Scorp
menggerutu sambil menuangkan jus Lintahnya dengan kasar. Saking kesalnya, Scorp
menuangkan semua isi tabung jus lintahnya hingga habis ke kualinnya.
“Hei Scorp! Bodoh sekali kau! Kau
memasukkan semua jus lintah itu sekligus! Jika kau terlalubanyak mencampurkan
jus lintah, itu akan membuat ramuan kita gagal dan beracun! Kau tau itu?!”
“Kau pikir tindakanmu tadi tidak
bodoh?!” Scorp terpancing emosi. Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahu Scorp.
“Sudahlah, jangan samapi kalian
dikeluarkan dari kelas ini dan terkena detensi.” Bisik Nessie.
“Kau tidak perlu ikut campur.”
Ucap Scorp ketus sambil mengedikkan bahunya.
“Scorp! Maafkan dia Ness.” Justru
Al yang meminta maaf dan mersa tidak enak pada Nessie. Nessie mengangkat tangan
kanannya dan tersenyum.
“Jangan Khawatir, aku takkan
mengganggu kalian lagi. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian.” Nessie berbalik menuju mejanya dengan Rose
yang sedang merapikaan meja mereka. Ramuan mereka sudah selesai. Mereka
partner yang seimbang dan berkerjasama
dengan baik.
“Kau keterlaluan Scorp! Kasar
sekali kau pada gadis seperti Nessie. Ku rasa Mr. Malfoy takkan melakukan hal
seperti itu pada ibumu.”
“Jangan pernah bawa-bawa Ayahku Al!” Desis Scorp masih merasa kesal
tapi juga merasa sedikit bersalah karena telah bersikap kasar pada Renesmee
tadi.
“Ya, baiklah maaf.” Al menimbang
limpa tikus dan memasukkannya dengan hati-hati ke kuali dan mengaduknya.
“Sepertinya ramuan ini memang
gagal karena tindakkankku tadi.” Gumam Scorp.
“Yeah memang.” Al membalas. Sunyi
beberapa saat
“Sudahlah, sudah teranjur Scorp.”
Al menuangkan ramuannya kedalam tabung serum.
“Seharusnya warna hijau terang.”
Scorp memandang jijik ramuan yang berwarna orange yan sedang dituang Albus.
“Yeah, ini pasti beracun.” Al
menimpali. Scorp mengalihkan pandangan kearah meja Rose dan Nessie dan tak lama
kemudian Nessie menoleh padanya seperti terpanggil.
Kali ini Al tak mengalihkan pandangannya dan justru terus menatap Nessie
lekat-lekat.
“Aku akan berkeliling untuk
melihat hasil kerja kalian.” Professor Heidi membuyarkan fokus Nessie dan
Scorp.
“Miss Weasley dan Miss Cullen..
kurasa kalian adalah partner yang cocok. Dan kelihatannya ramuan kalian
berhasil. Warnanya hijau terang sempurna.
“Terimakasih Professor.” Sahut
Nessie dan Rose.
“Sepertinya duo Slytherin kembali
sukses membuat ramuan beracun.” Professor Heidi mengangakat serum berisi ramuan
berwarna orange milik Scorpius dan Albus.
“Aku
punya tugas spesial untuk kalian kalau begitu. Tenang ini bukan detensi, dan
point kalian tak akan dipotong. Aku akan memanggil kalian nanti sore.”
Professor Heidi berbalik ke mejanya dan
tak lama kemudian bel berbunyi menandakan kelas selesai. Seluruh murid
berhamburan keluar.
“Menurutmu hadiah apa yang akan
kalian dapat dari Profesor Heidi?!” Tanya James bersemangat saat Al dan Scorp
bergabung di meja Gryffindor untuk makan siang.
“Oh selamat James! Kelihatannya
kau senang sekali dengan hal ini.” Scorp mendengus.
“ Haha… jangan sensitif begitu
Scorp. Kalian beruntung harus berurusan dengan Professor cantik itu (XP) aku
malah pernah berurusan dengan Professor Lauren Mallory yang cerewet dan penuh
percaya diri itu! Memuakkan.” Giliran James yang mendengus.
Semuanya yang mendengar kata-kata
James tertawa terbahak-bahak.
“Kita
tunggu saja sore nanti.” Ejek Rose.
5 Days Ago
Edward’s POV
“Aku memainkan pianoku di tengah
ruangan. Hanya ada Alice , Jasper, dan Emmet diruangan ini yang sedang
menyaksikan pertandingan Baseball di televisi. Aku mendengar Bella, Rose, dan
Esme yang sedang berada di dapur berunding mengenai surat yang baru saja sampai
kerumah kami melalui seekor burung hantu, dan 5 jam setelah surat itu datang,
seorang Pria bernama Riley Biers datang kemari untuk menjelaskan kepada kami
menenai isi surat tersebut. Carlisle sedang berada di ruang kerjannya. Aku
mendengar suara mobil di perbatasan
sedang menuju kemari. Adrina dan Ariana akan segera sampai. Nessie sedang memainkan tongkatnya yang dia
ayun-ayunkan ke arah pianoku, hingga warnanya berubah-ubah.
“Aku senang selama kau senang
Nak.” Aku menjawab pertanyaan Nessie yang sengaja tidak di ucapkannya. Nessie
tersenyum padaku kemudian mengeluarkan beberapa bungkus permen dari sakunya.
“Kau harus coba yang ini Dad!”
Nessie mengulurkan permen itu padaku. Aku mengambil satu dan memasukkannya
kedalam mulutku. Kurasakan sensasi yang beraneka macam dalamm mulutku. Aku tersenyum
melihat Nessie yang tertawa riang melihat ekspresiku.
“Aku tak ingin Nessie pergi!
Beauxbatons yang memberikaan kesempatan
Nessie untuk pulang lebih sering saja sudah membuatku muak, apalagi dengan
Hogwarts yang hanya memberikan kesempatan tiga kali dalam setahun untuk
pulang!” Rose kukuh tak memberi izin pada Nessie untuk pindah sekolah ke
Hogwarts.
“Sebenarnya aku bingung, kenapa
Nessie bisa terdaftar dalam sekolah-sekolah sihir itu. Ku rasa kau dan Edward
tidak punya keturunan penyihir bukan?!” Esme memandang Bella.
“Tentu saja. kecuali…” Kalimat
Bella terputus. Walau aku tak mampu membaca pikirannya, tapi aku tahu apa yang
Bella pikirkan.
“Kakekku pernah belajar sihir dari temannya.
Adik perempuan ayahku menuruni sedikit bakat itu dari kakekku dan dia menikah
dengan seorang laki-laki dari keluarga penyihir Diggory. Keturunan itu terus
berlanjut hingga 4 generasi selama eksistensiku. Kemudian berhenti pada
generasi Cedric Diggory yang tewas dalam turnamen Triwizard.” Aku menjelaskan
sambil terus memainkan pianoku. Walau Bella, Rose, dan Esme berada di dapur,
namun mereka mendengar semua perkataanku dengan jelas.
“Kenapa kau tak pernah
menceritakannya Edward?!” Alice bersuara.
“Akupun baru mengetahuinya Alice.
Aku dan Carlisle mencari tahu sesaat sebelum Nessie masuk beauxbatons.”
“Grandpa seorang wizard Dad?!”
Nessie membelalak senang.
“Begitulah yang Dad tahu nak.” Ku
pegang kedua pipi Nessie dan mencium keningnya.
“ Aku tak mau berpisah dengan Nessie
lebih lama Ed!” Bella keluar dan menghampiri kami.
“Akupun begitu Bells, tapi hal ini
tak dapat di cegah. Nama siswa-siswi Hogwarts tertulis dan terdaftar sendiri
secara sihir berdasarkan garis keturunaan maupun kemampuan sihir sang anak.
Nessie akan kembali Bella. Dia hanya akan menuntut ilmu selama 3 tahun lagi.
Kita punya banyak waktu untuk meunggu bukan?” aku meraih kedua tangan Bella dan
mengecup pipinya.
“Baiklah.” Bella mendesah pasrah.
“Kau setuju Bella?!” Sembur
Rosalie.
“Kau dengar kata-kata Edward
bukan?” ujar Bella.
Nessie berlari menghampiri Rose
dan memeluknya kemudian Rose menyambutnya .
“Aunty Rose! Aku sayang sekali padamu!
Kau ibu keduaku setelah mom Bella.” Nessie membenamkan wajahnya didada Rose.
“Akupun mencintaimu sayang,
sangat! Bahkan sebelum kau keluar ke dunia ini. Terimakasih sayang.” Rose
mencium rambut Nessie.
Aku senang melihat Rose yang
sangat menyayangi Nessie. Nessie membawa kebahagiaan dan kedamaian dalam
keluarga ini. Kurang dari 100 meter lagi mobil Ariana dan Adrina akan segera
sampai. Kakak beradik itu ku adopsi 3 tahun lalu untuk menemani Nessie. Tapi
ternyata setahun kemudian Nessie malah bersekolah di Beauxbatons.
“Hi semua kami pulang! “ teriak
Ariana.
“Nessie!” Adrina berlari
menghampiri Nessie dan memeluknya.
“Hi, Adri! Aku rindu padamu!”
Nessie membalas pelukkaan adiknya.
“Aku juga!” sahutnya.
“Hi Nessie! Kau punya sesuatu yang
baru? Perlihatkan padaku!” Ariana merangkul Nessie.
“Aku tak bisa melakkukannya
disini.” Nessie memsang wajah seakan menyesal.
“Sayang sekalli.” Ariana Tersenyum
jahil.
“Haha… kali ini aku serius,
semakin meningkat tingkatanku, sihir yang kudapatkan semakin berguna dan serius
bukan untuk main-main seperti “Wingardium
Leviosa!” Nessie spontan mengayunkan tongkatnya dengan anggun kearah
pianokku dann membuat pianoku melayang. Kemudian Nessie tesenyum padaku. Aku
menyingkir dari pianoku mempersilahkannya untuk menganiaya salah satu benda
kesayannganku itu. Sedetik kemudian Nessie melepaskan fokus tongkatnya dan
membiarkan pianoku terjatuh dari
ketinggian 4 meter dari lantai. Seketika pianoku hancur lebur . semua mata
memandang aku dan Nessie bergantian menuntut penjelasan.
“Reparo!” Nessie mangayunkan kembali tongkatnya ke arah onggokan
kerangka pianoku yang telah hancur lebur. Seketika piano itu kembali utuh
seperti semula. Aku menyeringai pada Emmet.“Lihatlah Gadis kecilku!” tawa Emmet
menggema di seantero ruang tengah.
“WoW Ness! Itu tadi keren sekali!
Beisakah kau mengajariku?” Ariana bersemangat.
“Sepertinya tidak.” Nessie menjulurkan
lidahnya.
“Uh Menyebalkan!” Ariana merengut.
“Aku mau ke Seattle bersama Adrina dan Ariana Dad, Bolehkan?” Tanya Nessie.
“Kau yakin kau yang akan
mengemudi?” Tanyaku. Walaupun refleks dan kemampuan Nessie tentu lebih baik dari
Ariana, tetap saja Nessie baru bisa mengendarai mobilnya. Aku masih khawatir,
tapi aku tahu anakku. Dia gadis yang cerdas.
“Tentu.” Jawabku.
“Apa?! Kau yang akan mengemudi?!
Oh aku belum mau mati Nessie!” Ariana
membelalakkan matanya.
“Tenanglah Kak! Nessie akan jauh lebih
baik mengemudikan lamborghininya dibandingkan kau!” Adrina berlari kebalik
punggung Nessie mencari perlindungan dari serangan kakaknya.
“Apa?! Lamborghini?! Milikku?”
Nessie membelalakan matanya. Oh Adrina telah membuka mulut soal hadiahku untuk
Nessie. Jadi sekalian saja.
“Dad membelikaan lamborghhini untukmu
nak.” Aku melempar kuncinya dan Nessie menangkapnya dengan tangkas.
“Oh! Thank you Dad!” Nessie
berlari dan memelukku.
“Kita akan pindah ke London malam
ini anak-anak, jadi bersenang-senanglah.” Carlisle turun dari ruang kerjanya.
“APA?!” teriak Adrina dan Ariana
bersamaan.
To Be Continued….